Antisipasi Gelombang 3 Covid-19 dengan Prokes dan Vaksinasi
Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryo Pratomo mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 saat ini tengah kembali melonjak di negara tetangga yang warganya begitu disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes).
Suryo menjelaskan, meski cakupan vaksinasi di Singapura mencapai 84 persen, namun kelompok lanjut usia masih mencatatkan cakupan vaksinasi yang rendah. Akibatnya, tingkat kematian pada kategori ini meningkat.
"Angka kasus di Singapura mencapai hampir 2 ribu kasus. Ini sangat tinggi, mengingat jumlah penduduk Singapura tidak besar, sehingga jumlah 1.000 kasus saja sudah dikategorikan kritis," kata Suryo dalam Dialog Produktif Semangat Selasa Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9)-KPCPEN pada Selasa (28/9).
Pemerintah Singapura awalnya memprediksi penambahan sekitar 100-200 kasus Covid-19 per hari. Namun, realitanya jauh lebih tinggi. Menurut Suryo, penambahan kasus disebabkan oleh masuknya varian baru, diiringi tingkat penularan lokal yang signifikan. Dengan wilayah kecil padat penduduk, rumah warga Singapura cenderung sempit dan dihuni banyak orang, sehingga transmisi sangat mudah terjadi.
Menurut Suryo, tingkat kedisiplinan prokes masyarakat setempat sangat baik. Penduduk yang keluar rumah harus memiliki surat lengkap vaksin, pemerintah juga menetapkan denda atau hukuman penjara bagi pelanggar peraturan, serta mengawal dan mengawasi penduduk dengan memanfaatkan teknologi dalam upaya pengendalian penularan.
"Di Singapura, para lansia merasa aman karena tidak ke mana-mana, jadi mereka belum mau divaksin. Kematian akibat Covid-19 di Singapura biasanya terjadi pada lansia dan yang belum divaksin," katanya.
Belajar dari peristiwa di Singapura, diketahui bahwa masuknya varian baru akan menyulitkan penanganan Covid-19. Karena itu, antisipasi dengan cara pengetatan pintu masuk menjadi langkah tepat untuk mencegah peningkatan kasus.
Senada, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi mengatakan bahwa upaya pembatasan pintu masuk sangat perlu dilakukan, dengan disertai pengawasan jalur-jalur masuk ilegal ke Indonesia, serta penguatan pengamanan perbatasan.
"Meski kinerja Covid-19 di Indonesia membaik, kita dikelilingi oleh negara-negara dengan lonjakan kasus. Karena itu perlu terus waspada dengan cara meneruskan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), meningkatkan testing, memperbaiki tracing, terus menerapkan protokol kesehatan, pembukaan kegiatan dilakukan hati-hati dengan menggunakan PeduliLindungi, serta percepatan vaksinasi," ujarnya.
Dia menegaskan bahwa semua orang harus benar-benar menyadari bahwa pemakaian masker merupakan langkah terpenting untuk melindungi diri sendiri dan sekitar. "Cegah virus masuk ke tubuh dengan menerapkan protokol kesehatan. Kalau virus terlanjur masuk, benteng kita adalah vaksinasi. Tingkatkan solidaritas dengan cara saling menjaga. Ingat, kita masih punya target menurunkan indikator-indikator Covid-19," kata Sonny.
Adapun target menurunkan angka kasus hingga titik terendah turut disebutkan oleh Masdalina Pane dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI). Caranya antara lain, dengan upaya pengendalian tepat sasaran dan sistematis berupa intervensi pada kasus dan kontak erat, sehingga tidak berpengaruh pada ekonomi, pendidikan maupun kehidupan sosial masyarakat.
Saat ini, meski jumlah kematian di Indonesia turun, tetapi angka kematian masih cukup tinggi, yakni 3,4 persen, di mana angka global berada pada 2 persen, dan 1,5 persen untuk Asia. Masdalina pun mendorong masyarakat mengikuti vaksinasi agar terlindungi dari risiko sakit berat dan kematian apabila terpapar Covid-19, dan juga tertib menjalankan prokes.
(rea)