Cerita Dokter Dikepung Ratusan Penolak Vaksin Covid di Aceh

dra | CNN Indonesia
Rabu, 29 Sep 2021 15:36 WIB
Vaksinasi Covid-19 di Aceh dibubarkan. (CNN Indonesia/ Dani)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dokter Fanni Eprilia Tika (28), seorang dokter di Puskesmas Sangkalan, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya tak menyangka, warga yang enggan divaksin Covid-19 di daerah Aceh itu mengamuk dan mengacak-acak meja kerjanya.

Peristiwa pengusiran tim vaksinasi itu terjadi kemarin Selasa (28/9) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Serangga, Aceh yang membuat puluhan vaksin Sinovac, alat medis dan gerai vaksin rusak.

Saat kejadian itu Fanni tidak bisa keluar dari tempat dia duduk karena dihalangi meja yang berada di sisi kiri, kanan dan depannya. Sehingga ia menyaksikan secara langsung bagaimana warga yang mengamuk membanting berkas dan alat vaksin di atas mejanya.

"Saya mungkin jadi sasaran amukan karena saya sulit melarikan diri karena posisi saya di bagian tengah dan terjepit di meja pemeriksaan," kata Fanni dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (29/9).

Peristiwa itu membuat dia kaget dan mengalami luka lebam di kakinya karena lemparan kursi dan batu. Ia sempat mengira kejadian itu menjadi akhir hidupnya yang mengabdi menjadi tenaga kesehatan.

"Saat itu yang saya pikirkan, seperti hidup saya sudah berakhir di sini yang terbayang hanya suami dan anak saya di rumah yang sedang menunggu saya pulang," katanya.

Setelah meja diubrak-abrik warga, ia langsung keluar dan melarikan diri untuk mencari pertolongan sembari menahan sakit akibat lemparan kursi.

"Luka lecet yang saya alami dari lemparan batu masyarakat dan luka lebam dari pukulan plastik yang diarahkan ke betis kanan saya," ujarnya.

Meski mengalami aksi kekerasan, ia tetap semangat dalam menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan untuk masyarakat. Namun, ia berharap pemerintah bisa membantu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap vaksin dan bahaya virus corona.

"Jika ditanya saya masih sanggup membela negeri ini? dengan lantang saya akan menjawab saya masih siap. Saya tidak gentar sama sekali, saya tidak takut sama sekali," ucapnya.

Sebelumnya, menurut penuturan warga, peristiwa itu bermula saat adanya penyekatan yang dilakukan oknum polisi dan petugas kesehatan di pintu masuk PPI Ujong Serangga.

Para petugas menahan siapa saja yang ingin masuk ke kawasan itu termasuk muge eungkot (pedagang ikan keliling). Mereka ditanya apakah sudah vaksin apa belum. Bagi mereka yang belum divaksin diwajibkan untuk vaksin agar bisa melanjutkan aktivitasnya di PPI.

Seorang nelayan yang saat itu berada di PPI, Hendra mengatakan, akibat aturan itu membuat pedagang ikan merasa resah, dimana di satu sisi mereka harus cepat mengambil ikan di PPI lalu menjualnya ke masyarakat. Jika kesiangan dagangan mereka tidak laku.

Hendra mengatakan yang paling banyak ditahan di pintu masuk PPI saat itu ialah para muge eungkot. Karena ada unsur pemaksaan, akhirnya para pedagang itu kesal dan berujung kericuhan.

"Yang ditahan kebanyakan muge, tapi kenapa nelayan juga ikut terpancing karena mereka menjual ikan kepada muge. Apabila muge tidak lagi ke PPI, otomatis tidak ada lagi yang beli ikan. Makanya nelayan juga ikut serta dalam aksi kericuhan menolak vaksinasi tersebut," kata Hendra saat dihubungi.

Menurutnya, unsur pemaksaan ini yang menjadi awal mula kericuhan itu terjadi yang mengakibatkan pengusiran tim vaksinator di PPI Ujung Serangga. 

(dal)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK