Abrasi di Pantai Selatan Bali Semakin Parah, Sampai 30 Meter

CNN Indonesia
Kamis, 30 Sep 2021 11:37 WIB
Abrasi di pantai Bali terlihat dari kondisi pepohonan dan bangunan di kawasan pesisir yang kini terkena hempasan gelombang air laut.
ILustrasi pantai di Bali. Abrasi di pantai Bali terlihat dari kondisi pepohonan dan bangunan di kawasan pesisir yang kini terkena hempasan gelombang air laut. Foto: ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF
Denpasar, CNN Indonesia --

Seluruh Pantai di Bali telah mengalami abrasi atau pemunduran garis pantai sejak 1980-an. Abrasi yang kian parah telah terjadi di garis pantai bagian selatan Bali.

Garis pantai bagian selatan itu terbentang mulai dari daerah Kabupaten Klungkung, Gianyar, Denpasar, Badung, Tabanan serta Jembrana, Bali.

"Iya, betul dan memang kondisi abrasi sudah cukup lama terjadi," kata Made Denny Setya Wijaya selaku Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) BWS Bali-Penida saat dihubungi, Rabu (29/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau di Pantai Bali, sudah tahun 1980 sudah mulai berjalan abrasinya sedikit demi sedikit. (Di seluruh) pantai Bali. Iya, cuma dominan memang berada di pantai (bagian) selatan," imbuhnya.

Ia menerangkan, untuk ukuran pemunduran garis pantai atau abrasi di Pantai Bali bervariasi karena setiap pantai memiliki lokasi tertentu dan karakteristik yang berbeda.

"Jadi, tidak bisa kita sebutkan berapa meter karena relatif tergantung kepada lokasinya," ujarnya.

Berdasar data berseri dari 1980 hingga 2000, abrasi di Pantai Bali bervariasi di kawasan atau lokasi-lokasi tertentu, termasuk di antaranya Pantai Kuta.

"Kemunduran garis pantai atau abrasi itu dari tahun 1980-an sudah terjadi. Cuma memang sifatnya spot-spot di kawasan tertentu di Pantai Kuta sudah terjadi. Kemudian, belakangan ini juga tahun 2000-an sudah semakin berkembang di daerah lain dengan tentunya kemunduran yang lebih parah," ungkapnya.

"Iya, bervariasi mungkin yang paling ekstrim bisa sampai 30 meteran mundur dari garis pantai. Dari tahun 1980 sampai 1990. Kalau (tahun 2020-2021) rasanya sangat pendek. Kami, kira mungkin tidak banyak atau tidak siginifikan pengaruh data tersebut. Kita bisa ambil tahun 2000 dengan rentan waktu 10 tahun, rasanya akan terlihat gambar (abrasinya)," ujarnya.

Ia kembali menyebutkan, untuk pantai abrasi yang relatif parah ada di Pantai Selatan Bali, mulai dari Klungkung, Gianyar dan di seputaran Denpasar.

"Termasuk Kuta dan Tabanan sampai Jembarana. Jadi, Pantai Selatan Bali berpotensi sudah terjadi abrasi cukup parah," sebutnya.

Indikasi pantai bisa disebut parah terkena abrasi, bila dulunya di kawasan pantai itu ada pepohonan serta bangunan yang tak terkena hempasan gelombang air laut, kini sudah terdampak gelombang laut. Bila terus dibiarkan bisa berbahaya bagi kawasan tersebut.

"Paling gampang kita lihat. Misalnya, yang dulunya ada pohon-pohon bangunan yang tidak terkena hempasan gelombang sekarang menjadi terdampak. Namanya ini daya rusak air, jadi berbahaya juga kalau dibiarkan. Itu harus ditangani," ujarnya.

Menurutnya, ada dua faktor terjadinya abrasi di Pantai Bali. Pertama, karena ada campur tangan manusia dan kedua karena faktor alam. Campur tangan manusia misalnya seperti adanya pembangunan di kawasan pantai itu lalu terjadi pergerakan sedimen.

"Kita akan tau pada saat musim angin tertentu, itu pasir akan datang dan musim tertentu pasir juga akan hilang. Itu, suatu kondisi yang dinamis, suatu yang normal. Tapi, ternyata dengan campur tangan manusia diblok, ada bangunan-bangunan mempengaruhi pergerakan sidimen pasti akan berpengaruh terhadap abrasi di sekitarnya," ujarnya.

Sementara, untuk faktor alam terjadinya perubahan iklim musim angin. Sehingga, terjadi badai siklon tropis dan memicu pergerakan gelombang.

"Ini tentunya memicu pergerakan gelombang atau pun arus yang cukup besar. Dan sering berdampak pada kawasan di pesisir pantai," ujar Denny.

(kdf/gil)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER