Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan ada 2.924 bencana yang terjadi di Indonesia sepanjang 2020. Banjir dan longsor mendominasi.
"Dari jumlah kejadian bencana tersebut, bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, puting beliung, masih dominan di 2020," kata Doni Monardo dalam Youtube BNPB, Selasa (29/12).
Berdasarkan catatan BNPB sepanjang 1 Januari-28 Desember, banjir terjadi sebanyak 1.065 kali, puting beliung 873, longsor 572 serta kebakaran hutan dan lahan 326 kali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian gelombang pasang dan abrasi terjadi 36 kali, kekeringan 29, gempa bumi 16 dan erupsi gunung api 7.
![]() |
Mengenai kebakaran hutan dan lahan, Donny mengklaim jumlah titik api pada tahun 2020 sudah jauh berkurang. Jumlah lahan yang terbakar pun lebih sedikit ketimbang 2019 lalu.
"Karhutla tahun ini 300 ribu hektare, jumlah yang jauh berkurang dibanding tahun 2019 lalu 1,6 juta hektare," tutur Doni.
Doni mengatakan bencana alam yang terjadi pada 2020 telah merenggut 370 korban jiwa, 39 orang hilang.
"Dari total bencana alam yg terjadi sepanjang 2020 dampak korban meninggal 370 jiwa, hilang 39 orang, luka 536 orang," kata Doni.
Di acara yang sama, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Basar Manullang melaporkan sebaran titik panas (hotspot) Karhutla di wilayah Indonesia menurun pada 2020.
Laporan itu merupakan hasil pemantauan tahunan KLHK selama 1 Januari-28 Desember 2020. Berdasarkan pemantauan dari satelit NOAA, Basar mengatakan ada 1.114 hotspot pada 2020, sementara pada 2019 sebanyak 8.944.
"Artinya ada pengurangan jumlah hotspot sekitar 7.830 titik atau sekitar 87,54 persen," kata Basar
Jika dilihat dari satelit Terra/Aqua milik NASA, confidence level masih sama dengan 80 persen. Namun ada perbedaan jumlah hotspot pada periode yang sama.
![]() |
Sepanjang 2020, berdasarkan pengamatan satelit Terra/Aqua, ada 2.565 titik hotspot, sementara pada 2019 sebanyak 29.337 titik.
"Berarti tetap ada penurunan 91,26 persen," kata Basar.
Sebaran wilayah potensi Karhutla juga ikut menurun di daerah-daerah rawan. Misalnya Jambi, ada penurunan wilayah karhutla 98 persen, di Riau 83 persen, Sumsel 99 persen, Kalbar 59 persen, Kalsel 97 persen, dan Kalteng 79 persen.
Basar juga mengatakan di tahun 2020 ini tidak ada asap lintas batas yang berasal dari karhutla. Menurut Basar, hal ini karena pengaruh cuaca dan kerja sama pemerintah daerah dalam menanggulangi karhutla.
"Tahun ini tidak ada asap lintas batas, kita bersyukur, ini salah satu faktornya karena ada dukungan cuaca dan integrasi pemerintah daerah dan masyarakat daerah," kata Basar.
(mln/bmw)