Kabidhumas Polda Jawa Barat Kombes Pol Erdi A Chaniago bom yang disimpan napi teroris di Gunung Ciremai berjarak sekitar 7 kilometer dari permukiman terdekat.
Bom itu masih aktif saat ditemukan dan bisa meledak meski hanya terkena getaran. Berbahaya jika ada warga yang melintas di lokasi bom disimpan.
"Dengan sedikit saja, ternyata itu dapat mengakibatkan suatu getaran yang sangat kuat," kata Erdi mengutip Antara, Selasa (5/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini, kepolisian sudah menonaktifkan bom berjuluk Mother of Satan dengan berat 35 kilogram itu.
Erdi mengatakan sebagian dari bahan peledak itu sempat diledakkan di lokasi penemuan oleh kepolisian guna mengukur seberapa daya eksplosif bahan tersebut.
Hasilnya, kata dia, bahan peledak itu berdaya ledak kuat dan mengkhawatirkan apabila tidak segera ditangani petugas.
"Nah sisanya bahan peledak itu dibawa ke Brimob untuk dilakukan disposal," kata dia.
Kemudian di Markas Komando Brimob Polda Jawa Barat, para petugas meledakkan kembali bahan peledak itu agar tidak tersisa setelah diurai.
"Jadi kita ledakkan kembali untuk mengamankan karena ini sangat berbahaya jika digunakan teroris," kata Erdi.
Erdi mengatakan bahwa Densus 88 Polri melakukan pendalaman atas penemuan bom tersebut. Tidak menutup kemungkinan ada bom lain yang disimpan napi teroris di Gunung Ciremai.
Bom yang dimaksud diketahui milik dari narapidana kasus terorisme Imam Mulyana. Dia mengaku tidak menyangka bahan peledak berjenis Triperoxide (TATP) itu memiliki daya ledak yang besar.
Imam yang ditangkap pada 2017 baru mengaku kepada aparat bahwa dirinya masih menyimpan bom seberat 35 kilogram di sekitar gunung itu pada 2021.