Wakil Ketua DPR RI, Lodewijk Freidrich Paulus menyoroti standar kekuatan minimum atau minimum essential force (MEF) Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang belum mencapai target sejak dicanangkan pada 2007.
Hal itu disampaikan Lodewijk di kompleks parlemen bertepatan dengan perayaan hari ulang tahun ke-76 TNI. Menurut dia, standar harapan kekuatan masyarakat terhadap TNI saat ini masih di bawah minum. Namun, kenyataannya, standar tersebut belum terpenuhi.
"Bisa bayangkan sudah minimum saja belum mencapai 100 persen. Artinya standar kekuatan yang diharapkan oleh bangsa ini terhadap TNI itu masih di bawah," kata dia kepada wartawan, Selasa (10/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekuatan pokok minum atau MEF TNI adalah proyek modernisasi alat utama sistem pertanahan (alutsista) Indonesia yang dicanangkan sejak 2007. MEF memproyeksikan modernisasi alutsista pada tiga sektor yakni, kekuatan, gelar atau persebaran penempatan, dan kemampuan.
Lodewijk salah satunya menyoroti kekuatan angkatan udara (AU) TNI yang masih menggunakan pesawat perang jenis F-5 Tiger, saat beberapa negara tetangga telah menggunakan F-35. Dari aspek itu, katanya, kekuatan perang udara RI jelas akan kalah dari negara lain.
"Itu lah yang harus dilihat, imbangan daya tempur relatif harus diperhatikan, dan harus dibangun baik aspek darat, laut, dan udara," kata Lodewijk.
Mantan Komandan Jenderal Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) itu menilai pemerintah saat ini mestinya telah mengubah konsep MEF TNI dalam modernisasi alutsista menjadi standar kekuatan yang ideal.
Keinginan itu terutama ia sampaikan kepada calon panglima baru TNI nanti. Lodewijk berharap TNI telah memiliki Panglima baru sebelum 9 November mendatang. Nantinya, kata dia, Panglima TNI baru dapat mengubah konsep MEF TNI yang selama ini menjadi acuan pembaruan alutsista.
"Perlu dikaji apakah akan kembali lagi kepada minum esensial force, apa ada konsep baru untuk menyusun konsep katakan dalam membangun postur TNI," katanya.