Kader Muhammadiyah Ungkap Kelompok Radikal Susupi TNI-Polri

CNN Indonesia
Kamis, 07 Okt 2021 08:34 WIB
Kelompok radikal diduga menyusup ke TNI dan Polri dengan mengajari personel mengaji lalu memperkenalkan paham anti Pancasila (Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kader Intelektual Muhammadiyah, Abdullah Darraz, mengungkapkan cara kelompok radikal menyusup dan menyebarkan ideologi mereka ke aparatur sipil negara (ASN) secara terselubung, termasuk ke TNI dan Polri.

Mulanya, dengan diajari mengaji, lalu diperkenalkan pada ideologi radikal dan anti Pancasila.

"Ada indikasi aparat itu diinfiltrasi (kelompok radikal). Semoga ini tidak secara institusional, namun saat ini polanya adalah infiltrasi kepada oknum dengan mereka diajari ngaji dan sebagainya, yang lalu pada akhirnya diperkenalkan dengan ideologi mereka yang bertentangan dengan Pancasila," ujar Darraz dikutip Antara pada Kamis (7/10).

Merujuk survei yang dilakukan Alvara Research pada 2018, Darraz menyebut ada 19,4 persen ASN yang terindikasi radikal dan intoleran. Menurut Darraz, besar kemungkinan kelompok radikal juga menginfiltrasi tubuh TNI dan Polri dengan terselubung.

Hal ini tidak disadari oleh pimpinan di instansi hingga penanganannya terlambat. Terlebih, Darraz menambahkan bahwa infiltrasi kelompok radikal sulit diidentifikasi karena aparatur negara dianggap memiliki jiwa nasionalisme yang kuat.

"Nah kalau sudah diinfiltrasi ini repot juga. Maka dari itu harus ada kesadaran dari pimpinan instansi/lembaga bahwa bahaya ini nyata dan ada," ujar Darraz yang bergabung dalam Gugus Tugas Pemuka Lintas Agama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Belum ada keterangan resmi dari masing-masing instansi terkait hal tersebut. CNNIndonesia.com masih mencoba menghubungi Kepala Pusat Penerangan TNI, Brigjen Pranata Santosa dan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono namun belum mendapat respons.

Darraz memaparkan langkah-langkah yang bisa dilakukan pemimpin instansi untuk mencegah masuknya ideologi radikal dan intoleran ke tubuh institusi melalui pengajian atau ceramah.

Pertama, menyadari bahwa gerakan radikal dan intoleran memang hadir. Lalu, sesegera mungkin mendeteksi sumber infiltrasi tersebut.

"Karena saya sendiri meyakini bahwa pendekatan kelompok radikal tersebut menargetkan orang-perorangan dengan mengajarkan hal-hal yang bertentangan atau polemik," ucap Darraz, alumni Pondok Pesantren Darul Arqam Garut ini.

Terakhir, Darraz menyebut perlunya internalisasi nilai-nilai ideologi Pancasila, kebangsaan, kebhinekaan, dan nilai-nilai positif di Indonesia.

"Memang kelompok radikal ini sebetulnya begitu masif melakukan infiltrasi yang itu yang mana hal ini tidak disadari oleh pimpinan di instansi tersebut, sehingga penanganannya cenderung terlambat," kata Darraz.

(cfd/bmw)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK