Sejumlah pihak mendorong wacana regenerasi dan estafet kepemimpinan di tubuh organisasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Wacana ini bergulir setelah terlontar ucapan Said Aqil Siroj hendak kembali mencalonkan diri pada Muktamar PBNU 23-25 Desember mendatang.
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah (Jateng) tercatat menjadi salah satu pihak yang mendorong wacana regenerasi dan reorganisasi kepemimpinan PBNU.
Sekretaris PWNU Jateng, Hudallah Ridwan Naim mengatakan, hal tersebut merupakan salah satu poin yang disepakati dalam dialog antara Rais PWNU Jateng dengan Ketua Pengurus Cabang NU se-Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memperjuangkan revitalisasi organisasi melalui regenerasi dan reorganisasi kepemimpinan secara sehat dan bermartabat, serta penguatan di tingkat basis khususnya MWC, ranting, dan anak ranting," jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (11/9).
Dalam kesempatan yang sama, Rais PWNU Jateng, Ubaidullah Shodaqoh mengatakan regenerasi dan reorganisasi termasuk poin-poin kesepakatan dalam dialog yang disepakati oleh para alim-ulama NU di Jawa Tengah.
"Jateng sudah membangun komunikasi dengan sejumlah wilayah lain jauh sebelum Munas alim ulama dan Konbes NU. Rumusan kesepakatan ini sudah ditunggu sejumlah wilayah yang se-visi dengan Jateng untuk dijadikan isu sentral muktamar," ujarnya.
Senada, Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Muhammad Haerul Amri juga mengatakan bahwa regenerasi di tubuh kepemimpinan PBNU merupakan kebutuhan zaman.
Amri lantas meminta Said Aqil mencontoh sikap mendiang Hasyim Muzadi--Ketum PBNU sebelumnya--dengan memberikan kesempatan bagi kader-kader NU yang lebih muda untuk mengambil alih kepemimpinan.
"Meski dalam AD/ART NU tak ada larangan masa jabatan, namun demi kaderisasi dan kebutuhan zaman, Kiai Said lebih baik memberikan ruang yang luas kepada kader di bawah layaknya yang dilakukan Kiai Hasyim Muzadi," ujarnya, Selasa (12/10).
Amri menceritakan, bahwasanya pada Muktamar ke-32 NU 2010 di Makassar, Hasyim tak lagi bersedia untuk dicalonkan sebagai Ketum PBNU. Salah satu alasannya menurut Amri, karena ingin memberi ruang bagi kader-kader muda untuk memimpin.
Said Aqil lah yang lantas kemudian didapuk menduduki posisi tersebut sejak 2010 hingga sekarang.
"Beliau ingin menghargai sistem kaderisasi yang telah dibangun dengan baik di NU," katanya.
Amri pun meminta Said dapat menjadi contoh proses regenerasi yang dibuka oleh Hasyim. Menurutnya, situasi dan kondisi ketika Gus Dur (Abdurrahman Wahid) menjabat hingga tiga periode tidak serta-merta dapat disamakan begitu saja.
Secara khusus, Ia juga mengharapkan sosok ketua umum PBNU berikutnya memiliki kriteria muda, berjaringan luas, komitmen kuat memajukan NU dan responsif terhadap perubahan zaman.
"Yang tak kalah penting di era globalisasi yang kian kompleks ini, NU ke depan membutuhkan pemimpin yang bisa berkiprah lebih kuat di kancah dunia. Di usia hampir satu abad ini, cita-cita NU harus ditransformasikan ke level global dan NU memiliki sejumlah tokoh yang berkaliber internasional," ungkapnya.
Sementara itu, para kiai muda yang tergabung dalam Ikatan Gus Gus Indonesia (IGGI) juga telah menyatakan sikap menolak wacana pencalonan diri kembali Ketum PBNU saat ini Said Aqil untuk menjabat selama tiga periode.