Kemenkes Minta Saran Organisasi Profesi Soal Molnupiravir

CNN Indonesia
Jumat, 15 Okt 2021 20:23 WIB
Direktur P2PML Kemenkes menyatakan selain menunggu masukan organisasi profesi, pihaknya pun menunggu hasil uji klinis Molnupravir untuk pasien Covid.
Direktur P2PML Kemenkes menyatakan selain menunggu masukan organisasi profesi, pihaknya pun menunggu hasil uji klinis Molnupravir untuk pasien Covid. (REUTERS/MERCK & CO INC)
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan pihaknya bakal meminta masukan organisasi profesi terkait pembelian obat Molnupiravir untuk pasien Covid-19.

Nadia menyatakan negosiasi pemerintah RI dengan perusahaan farmasi Merck untuk pembelian Molnupiravir masih dilakukan. Kemenkes sendiri masih menunggu hasil uji klinis obat tersebut oleh badan obat-obatan dan makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA).

Sebagai informasi, Merck adalah perusahaan multinasional farmasi yang bermarkas di New Jersey, AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita masih menunggu selesai uji klinis, sambil memantau sejauh mana manfaatnya kita tunggu saja perkembangan lebih lanjut dan masukan dari organisasi profesi terkait Molnupiravir," kata Nadia saat dihubungi, Jumat (15/10).

Menurut Nadia, Molnupiravir dibutuhkan sebagai pilihan obat untuk pasien Covid-19. Sejauh ini menurut Kemenkes, pemberian Molnupiravir bisa mengurangi derajat keparahan pasien Covid-19.

"Karena khasiat Molnupiravir, sama seperti Favipiravir, pemberian dini bisa mengurangi sakit berat atau gejala berat," ujar Nadia.

Beberapa obat Covid-19 yang sudah digunakan di Indonesia seperti Favipiravir, Remdesivir, Tocilizumab, IVIg, Oseltamivir, Azythromycin, serta Ivermectin. Penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter dan khusus untuk pasien Covid-19 dengan tingkat keparahan sedang-berat.

Sebelumnya negosiasi pemerintah dengan perusahaan farmasi Merck terkait pembelian obat Molnupiravir mendapat kritik dari Epidemiolog UI Pandu Riono. Ia menilai pemerintah sebaiknya fokus menangani pandemi Covid-19 di Indonesia dengan upaya vaksinasi.

Sementara penggunaan obat dinilai bukan untuk pencegahan, tapi penanganan di hulu untuk mengobati pasien. Selain itu, masih ada obat untuk pasien Covid-19 lainnya yang juga sama-sama bisa mencegah kesakitan pasien.

(mln/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER