Polisi bakal meminta keterangan dari istri dari sopir bus TransJakarta yang terlibat dalam kecelakaan di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, untuk menggali riwayat penyakit mendiang suaminya.
"Kita akan panggil sebagai saksi untuk menanyakan apakah sopir ini punya riwayat sakit enggak, dalam pengobatan enggak," kata Kepala Subdirektorat Penegakan dan Pembinaan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya AKBP Argo Wiyono, saat dihubungi, Kamis (27/10).
Kendati demikian, ia belum memastikan jadwal pemeriksaan itu karena istri korban tengah berada di Cianjur dan masih dalam suasana duka. Pihaknya pun membuka kemungkinan pemeriksaan istri korban di Cianjur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, Argo menyebut pihak keluarga juga menolak proses autopsi terhadap jenazah sopir lantaran menginginkannya segera dimakamkan.
"Jadi hanya visum luarnya saja sama mengambil sampel darah. Inikan kita hanya, apakah ada pengaruh miras ataupun napza, tapi enggak ada, negatif," tutur Argo.
Diketahui, dua unit bus TransJakarta mengalami kecelakaan di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Senin pada (25/10) pagi. Peristiwa ini mengakibatkan dua orang meninggal dunia, yakni sopir dan penumpang, serta 31 orang lainnya mengalami luka.
Dari rekonstruksi menggunakan sistem Traffic Accident Analysis (TAA), diketahui bahwa kecepatan bus TransJakarta saat kecelakaan mencapai 55,4 km/jam.
Dalam rekonstruksi tersebut, juga terungkap bahwa bus TransJakarta yang di belakang tak mengerem. Bus baru berhenti setelah Bus TransJakarta yang berada di depan terseret hingga 17 meter.
Sejauh ini, polisi masih mendalami apakah kecelakaan disebabkan oleh kelalaian sopir atau faktor lainnya.
"Masih kumpulkan bukti yang cukup, jadi masih dini untuk menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah kelalaian dari sopir. Ada mungkin, tapi kita belum bisa simpulkan," ucap Argo, Rabu (27/10).
Terpisah, Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz meminta dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi setiap sopir yang hendak mengoperasikan bus TransJakarta buntut insiden itu .
"Rekomendasi kita besok-besok sebelum supir melakukan operasionalnya harus ada klinik yang mengecek minimal, atau ngantuk atau nggak, ada dokter yang mengontrol. Jadi kesiapan sebelum mengoperasionalkan," kata dia, saat dihubungi, Rabu (27/10).
Untuk memastikan kesehatan sopir, ia menyebut tidak hanya cukup dengan mengisi formulir.
"Ketika ingin beroperasi (sopir) dikontrol dulu, bukan sekedar mengisi form, saya sehat. Sekalian mengecek, ini ngantuk apa enggak, tekanan darahnya normal atau tidak. Jadi bisa dicegah kondisi yang memungkinkan dia sakit atau tidak," ucapnya.
Aziz menyatakan pada hari ini, pihaknya menggelar rapat dengan Dinas Perhubungan dan pihak TransJakarta. "Kalau yang sudah terjadi kan menjadi tugas kepolisian menyelidiki, kita sebagai dewan bagaimana supaya tidak terjadi lagi," ujarnya.
(dis/yoa/arh)