Penyandang dana Bom Mapolresta Solo, Jawa Tengah pada 2016 silam, Munir Kartono, meminta maaf di Bale Tawang Arum, Balai Kota Solo, Kamis (4/11).
Permintaan maaf disampaikan Munir kepada polisi yang kala itu menjadi korban, Ipda Bambang Adi Cahyanto dan seluruh jajaran Polresta serta masyarakat Solo.
Sesi ungkapan permohonan maaf tersebut tampak dihadiri pula oleh Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, Kapolresta Surakarta Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak, Koorwil Deradikalisasi Bina Masyarakat BNPT Jawa Tengah M Arifin Bahtiar, dan Kasubdit Sosialisasi Direktorat Idensos Densus 88 Kompol Jin Briliant.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya secara pribadi memohon kepada seluruh pihak untuk dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya atas apa yang saya lakukan. Saya telah menyadari apa yang saya lakukan adalah sebuah kesalahan," katanya.
"Dan yang paling utama kepada Bapak Bambang yang pada saat itu menjadi korban," katanya.
Munir yang mengenakan kemeja lengan panjang itu terlihat tak dapat menahan air mata selama acara berlangsung. Saat berbicara di depan para hadirin pun, suara Munir terdengar tersekat karena menahan tangis. Sesekali ia tampak menyeka air mata.
Pada kesempatan tersebut, Munir mengaku sadar atas kesalahannya sejak menjalani hukuman penjara. Di sana ia banyak mendapat pembinaan dari berbagai pihak.
"Ini merupakan buah dari pembinaan dari Densus 88, BNPT, dan berbagai pihak yang akhirnya membuat saya menyadari kesalahan saya," katanya.
Sebagai informasi, Kota Solo digemparkan dengan peristiwa teror bom yang menyasar Markas Polresta Surakarta pada 5 Juli 2016 silam. Aksi teror dilancarkan warga Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Nur Rohman. Kala itu, Munir akhirnya terbukti di pengadilan berperan sebagai salah satu otak dan penyandang dana aksi teror bom yang dilancarkan sehari sebelum Idul Fitri itu.
Peristiwa tersebut memakan korban salah satu anggota Provos Polresta Solo, Brigadir Bambang Adi Cahyanto yang kini berpangkat Ipda. Bambang yang berusaha menahan motor Nur Rohman terluka parah di bagian muka karena terkena serpihan bom. Nur Rohman sendiri tewas akibat ledakan bom.
Bambang yang juga menyaksikan permintaan maaf Munir mengatakan telah memaafkan Munir dan pelaku lainnya.
"Saya selaku korban bom makopolresta tahun 2016 dengan iklas dan tulus hati, Mas Munir, saya memaafkan panjenengan," katanya sambil mengalihkan pandangan kepada Munir.
Ia juga mengajak masyarakat untuk terus menjaga suasana Kota Solo yang aman dan nyaman untuk semua orang.
"Setelah ini mari kita ciptakan solo yang damai. Mari kita ciptakan solo yang kondusif," katanya.
Sejak bom mapolresta tersebut, Kota Solo memang belum pernah menjadi sasaran aksi jaringan terorisme. Gibran berharap peristiwa tersebut menjadi yang terakhir di Kota Bengawan.
"Ya mudah-mudahan Bom Mapolresta 2016 itu menjadi peristiwa teror yang terakhir di Solo," katanya.