Gempa M 6,2 di Bolaang Mongondow Dipicu Lempeng Sangihe

CNN Indonesia
Minggu, 07 Nov 2021 10:35 WIB
Gempa berkekuatan magnitudo 6,2 di Semenanjung Minahasa, pada Sabtu (6/11) malam, dipicu aktivitas subduksi lempeng Sangihe. (Istockphoto/Furchin).
Jakarta, CNN Indonesia --

Gempa berkekuatan magnitudo 6,2 di wilayah Semenanjung Minahasa, Sulawesi Utara, pada Sabtu (6/11) malam dipicu aktivitas subduksi lempeng Sangihe.

Gempa itu terasa di beberapa wilayah, seperti Bolaang Mongondow, Kotamobagu, Minahasa, Bitung dan sekitarnya.

Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono menerangkan hasil analisis BMKG menunjukkan gempa yang terjadi memiliki magnitudo mutakhir 6,0.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Bolaang Mongondow-Minahasa ini merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu aktivitas subduksi lempeng Sangihe dengan mekanisme pergerakan sesar naik (thrust fault)," imbuh Daryono lewat pesan teks, Minggu(7/11) pagi.

Lebih lanjut Daryono menjelaskan episenter gempa terletak pada koordinat 0,13 derajat LS ; 124,39 derajat BT, tepatnya di laut 68 kilometer arah Tenggara Bolaang Uki, Sulawesi Utara dengan kedalaman hiposenter 44 kilometer.

Ia mengatakan guncangan gempa dirasakan sangat kuat di Bolaang Mongondow dalam skala intensitas IV-V MMI. Sedangkan di Kotamobagu guncangan dirasakan dalam III-IV MMI.

Sementara itu, di Talibu, Gorontalo, dan Bitung guncangan dirasakan III MMI, dan di Tomohon - Manado dalam skala intensitas II-III MMI.

Sebagai informasi skala MMI merupakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi, dengan rentang paling lemah (I)-paling kuat (XII).

Daryono melaporkan hingga Minggu pagi, belum ada laporan terkait kerusakan akibat gempa tersebut.

Ia menjelaskan hasil pemodelan juga menunjukkan tidak ada potensi tsunami. Dengan demikian,masyarakat dihimbau agar tetap tenang tidak percaya berita yang tak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Di samping itu BMKG menjelaskan ada 3 kali gempa susulan. Pada pukul 00.22 WIB M3,7, pukul 04.04 WITA M2,9, dan06.58 WITA M2,9.

Lebih lanjut Daryono menjelaskan sejarah gempa merusak yang pernah mengguncang wilayah tersebut, yang dipicu Subduksi Sangihe.

Ia mengatakan pada 8 Februari 1845, tercatat pernah terjadi gempa merusak. Di Tomohon misalnya, lebih dari separuh total bangunan rumah mengalami kerusakan.

"Di Amurang dinding benteng Portugis, Gereja, dan bangunan rumah mengalami kerusakan. Di kampung Wuwuh, sebuah gereja dan 125 rumah roboh menyisakan bangunan rumah yang rusak dan tidak dapat dihuni," tuturnya.

Selain itu Daryono mengatakan banyak rekahan-rekahan di permukaan tanah, yang menyemburkan airtanah dan memicu terjadinya pencairan tanah atau disebut likuefaksi. "Di Bitung banyak rumah mengalami kerusakan," jelasnya.

(can/bir)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK