Raden Aria Wangsakara resmi dinobatkan sebagai tokoh pahlawan nasional Indonesia pada peringatan Hari Pahlawan, Rabu (10/11). Raden Aria merupakan tokoh ulama sekaligus pendiri Tangerang yang ditakuti oleh persekutuan dagang asal Belanda yang memonopoli aktivitas perdagangan di Asia termasuk nusantara yang dikenal VOC.
Berbagai sumber mengatakan, Raden Aria merupakan keturunan Raja Sumedang Larang, yaitu Sultan Syarif Abdulrohman. Namun, saat itu terjadi kisruh di dalam keluarganya yang menyebabka ia pergi.
Pertikaian itu disebabkan oleh keberpihakan saudaranya kepada VOC. Raden Arian dan kedua saudaranya yang lain, Santika serta Aria Yuda Negara Wangsakara pun lantas pergi ke Tangerang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pengembaraannya, Raden Aria bertemu dengan Sultan Maulana Yusuf, pemimpin Kesultanan Banten kala itu.
Ia diamanatkan untuk menjaga satu wilayah dari serangan VOC, wilayah itu kini dikenal sebagai Tangerang. Terkhusus, wilayah Lengkong.
Raden Aria dikenal getol menyiarkan ajaran Islam. Konon, gara-gara itu, dirinya ditakuti oleh Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC.
Para kompeni itu kemudian mendirikan benteng di sebelah timur Sungai Cisadane, lokasinya berseberangan dengan wilayah kekuasaan Raden Aria.
Selain membangun benteng, para kompeni itu juga melakukan provokasi warga Lengkong. Gerombolan VOC itu lantas menakut-nakuti dengan menembakkan meriam dan memicu pertempuran.
Rakyat Tangerang di bawah kepemimpinan Raden Arya melakukan perlawanan atas serangan itu. Dari pertempuran itu lah bibit patriotik warga Tangerang muncul. Raden Arya pun makin disegani.
Pertemuran tak henti-henti berlangsung selama tujuh bulan. Namun, warga Tangerang juga tak pernah patah arang. Hingga akhirnya, mereka berhasil mempertahankan Lengkong dari Belanda.
Tahun 1922, Raden Aria meninggal dunia setelah terlibat perang dengan VOC di Ciledug. Ia pun dimakamkan di Lengkong Kyai, Kabupaten Tangerang.