Tombolotutu menjadi salah satu dari empat orang tokoh yang dinobatkan sebagai pahlawan nasional pada Hari Pahlawan 10 November 2021. Sejarah mencatat kiprah Tombolotutu dalam melawan pasukan elite Belanda bernama Marsose atau Maréchaussée.
Situs resmi Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong menyebut Tombolotutu memimpin kerajaan Moutong pada 1877. Kala itu, Raja Tombolotutu berusia 20 tahun.
Salah satu momen sejarah yang lekat dengan sosok Tombolotutu adalah kedatangan pasukan elite Belanda bernama Marsose. Belanda mengirim 170 orang prajurit elite untuk memburu Tombolotutu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasukan itu diterjunkan dalam sejumlah perang di Hindia Belanda. Historia.id mencatat Marsose pernah diterjunkan dalam perang frontal di Aceh pada akhir abad ke-19.
Pasukan itu diisi prajurit-prajurit KNIL yang dididik khusus. Mereka dilatih hidup di hutan dan dimodali persenjataan lengkap. Marsose dibentuk khusus untuk menumpas gerilyawan Aceh. Pasukan itu terkenal beringas dan tanpa ampun. Marsose pula yang menangkap Tjoet Nja' Dhien pada 1906.
Meski demikian, Marsose disebut tak bisa mengalahkan Tombolotutu dan pasukannya. Tokoh masyarakat Parigi Moutong, Taswin Borman, menyebut kekuatan Tombolotutu tercermin dalam pertempuran melawan Marsose.
"Kita sudah bisa membayangkan bagaimana kekuatan Tombolotutu saat itu, meski dengan pasukan Marsose, Belanda tidak pernah berhasil menumpas Tombolotutu. Ini data sejarah. Karena itu menurut saya Tombolotutu layak diusulkan menjadi Pahlawan Nasional," kata Taswin, dilansir situs resmi Pemkab Parigi Moutong.
Nama Tombolotutu sudah disiapkan menjadi pahlawan nasional sejak era 90-an. Namun, naskah akademik beserta bukti sejarah baru siap sekitar 2017.
Kala itu, Pemkab Parigi Moutong dan Universitas Tadulako meluncurkan buku 'Bara Perlawanan di Teluk Tomini, Perjuangan Tombolotutu melawan Belanda'. Sejak saat itu, pemerintah dan tokoh setempat menyosialisasikan nama Tombolotutu menjadi pahlawan nasional.
(dhf/fra)