Jakarta, CNN Indonesia --
Puluhan warga mengungsi ke kawasan hutan imbas banjir yang terjadi di 12 kecamatan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Ketua RT 1 Kelurahan Mengkurai, Hamdani, mengatakan dari pendataan pihaknya yang mengungsi di san sedikitnya ada 12 Kepala Keluarga (KK).
Hamdani menyebut mereka selama ini mengungsi ke wilayah hutan yang lokasinya di dekat Jalan Pangsuma, Desa Kaupas Kanan Hilir, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kemarin sekitar 12 KK [yang mengungsi ke hutan]. Dia satu KK ada anaknya yang tiga, anaknya empat. Berarti sekitar 30an lebih lah," kata Hamdani kepada CNNIndonesia.com via telepon, Rabu (10/11).
Hamdani mengungkapkan salah satu kegetiran para pengungsi di sana adalah kesulitan mendapat logistik. Setelah lebih dari dua pekan banjir melanda wilayah Sintang, ia mengatakan perangkat kampung baru-barus saja mengetahui ada warganya yang mengungsi di lokasi tersebut.
Ia mengaku, pihaknya saja baru mengetahui ada warga mengungsi di dalam tenda-tenda di wilayah hutan itu pada Selasa (10/11). Setelah mengetahui, ia pun langsung membagi suplai makanan yang ada di poskonya ke hutan.
"Jadi mereka kesulitan sembako. Jadi keluarga kan belum tahu ngungsi di sana. Jadi suplai bahan makanan kurang. Kemarin di posko saya itu ada juga bantuannya. Jadi kita suplai sana," ujar Hamdani.
"Kalau bisa itu ajukan ke pemerintah. Jadi kami kekurangan sayur mayur sama lauk pauk," imbuhnya.
Selain itu, sambungnya, para pengungsi itu juga kesulitan untuk mengakses air minum yang bersih. Ia mengatakan selama ini para pengungsi mengonsumsi air yang tersedia, dan juga keruh di sana.
Ia mengakui, bantuan galon air minum memang ada, namun sulit untuk dijangkau. Para pengungsi harus mengambil sendiri bantuan tersebut. Sementara, jarak tempuh dari pengungsian ke posko penyedia air cukup jauh.
"Airnya keruh. Jadi bantuan di dalam ada. Cuman kita harus ngambil gitu. Dari seberang, lintas [sungai] Melawi. Kemudian dari Abu Bakar itu. Cuman kita harus ngambil, Jalan MT Haryono kalau dari sini," jelas dia.
Di sisi lain, warga juga mengeluhkan banyak yang terganggu stamina fisiknya. Ia menyebut beberapa warga di pengungsian wilayah hutan tersebut ada yang demam. Untungnya, kata dia, demamnya tidak begitu parah.
Namun, tak sedikit juga warga yang terkena gatal-gatal akibat kotornya air banjir. Mereka juga banyak yang terkena kutu air.
"Paling demam biasa. Tapi enggak terlalu parah. Paling enggak enak badan, ada beberapa aja, paling enggak banyak. Kalau tetangga dekat saya ada yang gatal-gatal badannya," kata dia.
"Alhamdulillah udah sembuh lah. Ada yang ngasih salep kemarin," imbuhnya.
Diketahui, hingga kini setidaknya telah 20 hari banjir di Sintang belum juga surut. Sampai saat ini, bahkan tinggi air masih mencapai 2-3 meter di beberapa daerah di sana.
Banjir yang setidaknya sudah 20 hari merendam Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, turut menggerakkan warga dan berbagai komunitas untuk saling membantu korban terdampak banjir.
Salah seorang warga Sintang, Radiman, mengaku komplek perumahannya yang terletak di area dataran tinggi, tidak ikut terendam banjir. Sehingga, ia dan warga komplek lainnya berusaha menampung warga korban banjir.
"Keluarga dan teman sudah banyak yang tenggelam rumahnya, termasuk di komplek saya juga banyak yang mengungsi di sini," tutur Radiman saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (10/11).
Ia memaparkan di kompleks perumahannya terdapat 193 orang yang mengungsi, dan sembilan di antaranya adalah balita. Bahkan, warga sempat membuka posko bantuan untuk berobat dan menerima donasi sesama warga untuk korban banjir.
"Seperti tetangga sebelah ini ada yang menampung pengungsi, mereka bawa bayi," ujar Radiman.
Ia mengaku solidaritas tersebut tidak hanya berlangsung di daerah rumahnya. Menurutnya, terdapat beberapa titik posko dapur umum yang diinisiasi warga sendiri untuk membantu korban banjir.
"Komunitas warga yang masih enggak terdampak banjir itu banyak yang bergerak, jadi sangat membantu warga-warga yang terdampak," tuturnya.
 Banjir masih menggenangi permukiman warga di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, 10 November 2021. (Arsip Pribadi Warga Sintang) |
Kesulitan akses air bersih, bahan pangan, hingga transportasi
Pada saat bersaman, Radiman mengaku akibat banjir yang melanda hampir seluruh wilayah Sintang itu, warga yang tak tergenang pun menjadi terdampak. Mereka turut mengalami kesulitan mendapatkan akses air bersih, bahan pangan, dan kampung yang terisolasi.
"Karena yang jual air bersih sudah banyak enggak jual [ikut] terendam banjir, enggak bisa ngapa-ngapain juga mereka, terpaksa [karena] keadaan," ucap Radiman.
Tidak hanya air bersih, bahan pangan pun sudah mulai sulit dijumpai. Radiman menggambarkan sulitnya mencari bahan makanan seperti telur dan termasuk para penjual sayur.
Menurutnya, pedagang sayur yang biasa berjualan kini tempat usahanya tenggelam sehingga harus mencari lokasi lain yang dapat dijangkau.
Termasuk, berbagai pasar di Sintang juga ikut tenggelam. Pun, tidak semua pedagang dapat berjualan kembali dengan memindahkan lokasi.
"Sepertinya kalau banjir ini terus berlanjut, khawatir juga ini kesulitan bahan pokok berlanjut," ujarnya.
Radiman menjabarkan kondisi di Sintang yang terendam hingga satu meter ini juga menyebabkan mobilitas warga semakin sulit. Saat ini transportasi yang tersedia hanya perahu tradisional atau speedboat.
Nahasnya, transportasi pun tidak seluruhnya diakomodir oleh pemerintah. Menurut Radiman, tidak banyak speedboat yang disediakan oleh BPBD. Sehingga, warga yang memiliki speedboat berinisiatif untuk membuka jasa angkutan.
Harga angkutnya pun bervariasi, semisal dari Sintang ke Melawi dipatok Rp40.000 sekali jalan. Harga tersebut dapat berubah sesuai jarak tempuh.
"Kalau memang diukur dengan nilai [uang] ya sangat memberatkan warga, apalagi dengan kondisi kesusahan seperti ini," tutup Radiman