Cerita Pengungsi Banjir Sintang: Kurang Makanan, Demam dan Gatal-Gatal

CNN Indonesia
Kamis, 11 Nov 2021 08:40 WIB
Akibat banjir Sintang, puluhan warga mengungsi ke wilayah hutan yang tak terendam, ada pula yang mengandalkan solidaritas dengan segala keterbatasan.
Ilustrasi bantuan warga saat bencana banjir di Kalimantan. (ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)

Banjir yang setidaknya sudah 20 hari merendam Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, turut menggerakkan warga dan berbagai komunitas untuk saling membantu korban terdampak banjir.

Salah seorang warga Sintang, Radiman, mengaku komplek perumahannya yang terletak di area dataran tinggi, tidak ikut terendam banjir. Sehingga, ia dan warga komplek lainnya berusaha menampung warga korban banjir.

"Keluarga dan teman sudah banyak yang tenggelam rumahnya, termasuk di komplek saya juga banyak yang mengungsi di sini," tutur Radiman saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (10/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia memaparkan di kompleks perumahannya terdapat 193 orang yang mengungsi, dan sembilan di antaranya adalah balita. Bahkan, warga sempat membuka posko bantuan untuk berobat dan menerima donasi sesama warga untuk korban banjir.

"Seperti tetangga sebelah ini ada yang menampung pengungsi, mereka bawa bayi," ujar Radiman.

Ia mengaku solidaritas tersebut tidak hanya berlangsung di daerah rumahnya. Menurutnya, terdapat beberapa titik posko dapur umum yang diinisiasi warga sendiri untuk membantu korban banjir.

"Komunitas warga yang masih enggak terdampak banjir itu banyak yang bergerak, jadi sangat membantu warga-warga yang terdampak," tuturnya.

Banjir masih menggenangi permukiman warga di Kabupaten Sintang, Kalimantan BaratBanjir masih menggenangi permukiman warga di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, 10 November 2021. (Arsip Pribadi Warga Sintang)

Kesulitan akses air bersih, bahan pangan, hingga transportasi

Pada saat bersaman, Radiman mengaku akibat banjir yang melanda hampir seluruh wilayah Sintang itu, warga yang tak tergenang pun menjadi terdampak. Mereka turut mengalami kesulitan mendapatkan akses air bersih, bahan pangan, dan kampung yang terisolasi.

"Karena yang jual air bersih sudah banyak enggak jual [ikut] terendam banjir, enggak bisa ngapa-ngapain juga mereka, terpaksa [karena] keadaan," ucap Radiman.

Tidak hanya air bersih, bahan pangan pun sudah mulai sulit dijumpai. Radiman menggambarkan sulitnya mencari bahan makanan seperti telur dan termasuk para penjual sayur.

Menurutnya, pedagang sayur yang biasa berjualan kini tempat usahanya tenggelam sehingga harus mencari lokasi lain yang dapat dijangkau.

Termasuk, berbagai pasar di Sintang juga ikut tenggelam. Pun, tidak semua pedagang dapat berjualan kembali dengan memindahkan lokasi.

"Sepertinya kalau banjir ini terus berlanjut, khawatir juga ini kesulitan bahan pokok berlanjut," ujarnya.

Radiman menjabarkan kondisi di Sintang yang terendam hingga satu meter ini juga menyebabkan mobilitas warga semakin sulit. Saat ini transportasi yang tersedia hanya perahu tradisional atau speedboat.

Nahasnya, transportasi pun tidak seluruhnya diakomodir oleh pemerintah. Menurut Radiman, tidak banyak speedboat yang disediakan oleh BPBD. Sehingga, warga yang memiliki speedboat berinisiatif untuk membuka jasa angkutan.

Harga angkutnya pun bervariasi, semisal dari Sintang ke Melawi dipatok Rp40.000 sekali jalan. Harga tersebut dapat berubah sesuai jarak tempuh.

"Kalau memang diukur dengan nilai [uang] ya sangat memberatkan warga, apalagi dengan kondisi kesusahan seperti ini," tutup Radiman

(yla, cfd/kid)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER