Ia menuturkan Semeru sejauh ini memberi setidaknya lima jenis ancaman. Pertama, lontaran batu pijar di sekitar puncak. Kedua, material abu, yang masih tergantung arah dan kecepatan angin.
Ketiga, awan panas guguran. Keempat, guguran batuan dari kubah atau ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak.
Kelima, lanjutnya, "Jika terjadi hujan akan terjadi lahar disepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan sebanyak 45 orang mengalami luka bakar per Sabtu (4/12) malam. Mayoritas korban diperkirakan teritimbun material erupsi yang melanda empat wilayah RT di satu RW.
"Sementara ini luka bakar 45 orang, yang berat dan dirujuk ke RSUD dan RS Bhayangkara 17 orang," kata dia.
Budi menjelaskan berdasarkan laporan yang dia terima, rata-rata korban menderita luka bakar tingkat 2A-B, enam orang mengalami luka bakar 50 persen, dan empat orang dirawat di ICU.
"Korban yang dirujuk ke RSUD Dr Haryoto satu orang karena butuh infus vena sentral," kata dia.
Para korban dilaporkan telah menumpuk di Puskesmas setempat, Dinas Kesehatan Lumajang saat ini butuh pasokan obat-obatan untuk luka bakar. Tenaga kesehatan juga disebut membutuhkan perlengkapan tambahan untuk merawan korban.
BPBD setempat menentukan tiga lokasi pengungsian sementara masyarakat terdampak abu vulkanik Semeru, yakni di Pertigaan Jalan Pronojiwo, desa Supiturang, Balai Sesa Sumber Wuluh Candipuro dan Balai desa Kamarkajang Candipuro.
Sebelumnya Bupati Lumajang Indah Amperawati Masdar mengungkap satu orang telah dinyatakan meninggal dalam peristiwa erupsi Gunung Semeru. Sementara itu masih ada 10 orang yang belum ditemukan dan sedang diupayakan evakuasi.