Nestapa Sudirman, Korban Selamat Ledakan Bom Kedubes Australia

CNN Indonesia
Jumat, 10 Des 2021 12:16 WIB
Sudirman, satpam Kedubes Australia menjadi korban ledakan bom pada September 2004 lalu. Tangannya hampir putus, mata kirinya rusak, dan syaraf kepala terganggu.
Salah satu korban bom Kedubes Australia bertemu dengan mantan instruktur perakit bom dari jaringan JI, Ali Fauzi di Klaten pada 2013. Ali juga merupakan adik teroris bom Bali, Amrozi dan Ali Imron. (CNN Indonesia/M Andika Putra)

Bola mata kiri Sudirman diangkat pada 2010. Dokter menyatakan tidak memiliki pilihan. Jika terus dipertahankan, kata Sudirman, kerusakan itu akan menjalar ke mata kanannya.

"Alhamdulillah saya kini menggunakan satu mata, mata kiri saya mata palsu," katanya.

Meski demikian, Sudirman tetap menjalani hidup dengan bersyukur. Ia tetap melanjutkan hidup meskipun tangannya nyaris putus, tinggal memiliki satu mata, hingga syaraf di kepalanya terganggu. Sudirman pun berhasil lulus sebagai sarjana Pendidikan Bahasa Inggris.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ledakan bom milik jaringan Jemaah Islamiyah (JI) di depan Kedubes Australia itu menewaskan 11 orang dan 160 orang luka-luka.

Bertemu Mantan Perakit Bom JI

Suatu hari, AIDA mengajak Sudirman bertemu mantan instruktur perakit bom dari jaringan JI, Ali Fauzi di Klaten pada 2013. Ali juga merupakan adik teroris bom Bali, Amrozi dan Ali Imron.

Saat itu, AIDA tidak hanya membawa Sudirman. Mereka juga mempertemukan korban Bom Bali dan Bom Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton dengan alumni kamp teroris di Moro Islamic Liberation Front (MILF), Filipina itu.

"Ketika kami bertemu dengan Pak Ali Fauzi saya dan teman-teman yang lain dari Bali, dari Marriot kami begitu marah, kami begitu benci. Kenapa kami diperlakukan seperti ini? Apa dosa kami? Itu pertanyaan kami yang waktu itu, kami tidak siap untuk bertemu, kami tidak siap untuk berdiskusi," kata Sudirman tampak emosional.

Namun, dalam pendampingan AIDA, Sudirman dan penyintas serangan bom di Indonesia berbincang dengan Ali dan bertukar cerita. Mereka kemudian saling memaafkan dan beker jasama mencegah aksi-aksi terorisme.

"Satu harapan kami korban kami tidak ingin lagi ada korban-korban selanjutnya ke depan, kami tidak ingin lagi anak-anak kami saudara-saudara kami menjadi korban-korban lagi," ujarnya.

AIDA kemudian menggandeng beberapa penyintas Bom Bali, Kedubes Australia, dan Kampung Melayu untuk menjadi duta perdamaian. Mereka membantu sosialisasi mengenai bahaya terorisme di banyak tempat, termasuk sekolah.

Selama ini Sudirman hanya bisa memendam peristiwa naas yang ia alami dan selalu menangis setiap mencoba menceritakan kejadian itu. Namun, ia dan penyintas serangan bom lainnya memberanikan diri dan mengkampanyekan perdamaian.

"Kalau kami pendam cerita kami kami merasa tersiksa itu yang saya alami. Dulu saya nggak berani ngomong, saya speechless, saya kalau ngomong itu nangis. Sampai hari ini masih beban itu ada," kata Sudirman.

(iam/fra)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER