Di sisi lain, kata Dicky, kejenuhan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang sudah merebak dua tahun ini menjadi tantangan tersendiri. Tak heran jika masyarakat belakangan ini banyak yang berpergian saat akhir tahun.
"Sama dengan pemerintah ada titik jenuh juga. Ekonomi sudah berat. Ini jadi tantangan dan jadi musuh. Ini jadi bikin orang abai," katanya.
Dicky pun menilai masih banyak kekurangan pemerintah dalam menghadapi varian Omicron saat ini. Di antaranya pemerintah memiliki keterbatasan dalam mendeteksi varian baru melalui mesin Whole Genome Sequencing (WGS).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, menurut Dicky, pengawasan pemerintah juga minim terhadap seseorang yang dikarantina. Contohnya, seorang warga yang terinfeksi varian Omicron bisa keluar lebih cepat saat masih menjalani karantina di RSDC Wisma Atlet Kemayoran.
Dicky memperkirakan varian Omicron sudah menyebar di tengah masyarakat sejak beberapa waktu lalu.
"Dasarnya kita negara enggak mengisolasi diri. Pintu masuk kita tak seketat saat ini. Ini menunjukkan pengalaman atau bagaimana kita bisa ambil pelajaran baik pemerintah, itu keliatan bagaimana merespons Omicron ini," katanya.
Senada Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo menilai tingginya mobilitas masyarakat saat Nataru potensial meningkatkan risiko peningkatan kasus di Indonesia.
"Ya semua mobilitas itu selalu membawa risiko. Karena virus itu ada di inangnya. Kalau inang berpergian itu ya otomatis akan terbawa juga," kata Windhu.
Windhu meminta kepada pemerintah untuk lebih memperketat pintu masuk kedatangan luar negeri. Terlebih penularan varian Omicron saat ini masih terjadi sebatas di pusat karantina dan belum ada transmisi lokal.
Ia pun mendesak semua pihak baru datang dari luar negeri mematuhi aturan karantina yang ditetapkan pemerintah.
"Yang penting pulangnya harus dilakukan secara ketat yg seperti sekarang dilakukan, entry tes dan karantina mandiri enggak boleh ada diskresi apapun. Dalam hadapi omicron kita enggak boleh banyak pengecualian," kata Windhu.
Tak hanya itu, Windhu juga meminta pemerintah untuk memperketat mobilitas masyarakat di dalam negeri. Salah satunya dengan memperketat persyaratan seseorang yang ingin melakukan perjalanan.
"Perjalanan bagi mereka yang memenuhi syarat. Kita mau kemana pun, mau berada di manapun itu orang yang aman. Yang negatif dan sudah terlindung dengan vaksin. Dan itu tak boleh formalitas. Itu harus diawasi betul," ujarnya.
Sama halnya dengan Windhu, Dicky menilai kebijakan untuk memperketat seluruh pintu masuk RI menjadi kunci meredam penyebaran Omicron.
Ia mengatakan Indonesia masih diuntungkan karena penularan Omicron belum secara transmisi lokal. Menurutnya, Pintu masuk kedatangan dari luar negeri memegang peran penting agar varian ini tak merebak secara signifikan.
"Jangan diperberat dengan tambah kasus dari luar. Karena kita ga tau. Omicron ini dia bisa berevolusi juga. Makanya harus dicegah, membatasi keluar masuk yang gak esensial," kata Dicky.
(rzr/fra)