Lokasi kedua adalah sebuah kantor jasa pengiriman barang atau kurir di Jalan Biliton, Gubeng, Surabaya. Informan CNNIndonesia.com, Budiman (bukan nama sebenarnya) sempat kesulitan mendapatkan letak pasti kantor ini.
Budiman diminta datang ke kantor tersebut pertengahan Desember lalu, setelah mendaftar melalui link yang didapatnya WhatsApp dan membayar biaya Rp250 ribu, untuk mendapatkan injeksi vaksin berjenis Sinovac ke-3. Panitia berinisial Y yang menghubunginya.
"Saya diminta datang ke kantor jasa pengiriman barang di Biliton. Eggak ada banner [bertuliskan vaksin] sama sekali yang terpasang di lokasi," kata Budiman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat tiba di lobi kantor itu, Budiman ditemui dua orang panitia, salah satunya adalah Y. Ia kemudian diminta naik ke lantai 3 kantor tersebut.
Di lantai 3, Budiman melihat sejumlah panitia lagi, ada juga tiga sampai empat orang diduga nakes yang mengenakan APD berupa gaun bedah, sarung tangan, masker dan penutup kepala. Selain itu ada pula dua orang lain yang sedang menunggu giliran untuk divaksin booster.
Tim liputan mendatangi kantor beberapa waktu lalu. Seorang pengelola tempat tersebut kemudian mengelak bahwa kantornya digunakan sebagai bagai lokasi vaksinasi ilegal oleh Y.
Ia mengakui tempat itu sempat akan dikontrak, namun tidak jadi dengan tidak ada kecocokan harga.
"Mau kontrak ndak jadi, saya ndak tau [siapa orangnya], orangnya datang ke sini tapi ndak jadi [pakai tempat ini]," kata dia.
Pernyataan pengelola ini terbantahkan dengan rekaman video yang didapat CNNIndonesia.com dari informan Budiman. Di video tersebut terlihat jelas bahwa vaksinasi telah digelar di kantor itu.
Informan Budiman, menunda injeksi vaksin ke tubuhnya pada pertengahan Desember dengan alasan sakit. Ia pun kembali diminta datang oleh panitia berinisial Y ke lokasi vaksinasi berikutnya di sebuah kafe bilangan Kapasari, Surabaya pada 26 Desember 2021.
CNNIndonesia.com yang turut mendampingi Budiman, saat tiba di tempat itu, melihat bahwa kafe tersebut tampak sepi, tapi masih beroperasi seperti biasa.
Namun sama seperti lokasi-lokasi sebelumnya, banner pelaksanaan vaksin tetap seperti yang biasa terpasang di sentra vaksinasi massal, tetap tak terlihat.
Di lantai dasar, tampak tiga orang panitia berpakaian bebas menunggu kedatangan para peserta. Mereka cakap menyambut tiap orang yang datang. Sementara ada juga dua orang barista tetap bekerja di bar.
Oleh seorang panitia Y, Budiman kemudian diarahkan ke lantai 2 kafe itu. Di sana ia mengaku melihat keberadaan dua orang nakes menggunakan APD berupa gaun bedah, masker, sarung tangan dan penutup kepala. Orang-orang ini lah yang kemudian menyuntikkan vaksin booster ke tubuh Budiman.
Budiman mengatakan lantai dua kafe yang digunakan sebagai lokasi vaksinasi itu bahkan masih tampak seperti ruangan yang belum selesai dibangun.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya dr Febria Rachmanita mengatakan, ia tak tahu menahu perihal vaksinasi dosis ke-3 berbayar tersebut. Dirinya mengaku kaget dan mempertanyakan dari mana jaringan itu mendapatkan vaksin.
"Mereka dapat vaksin dari mana ya? Saya tidak pernah tahu ada berbayar. Yang saya tahu vaksin gotong royong [berbayar] dan tidak ada di lokasi-lokasi tersebut," kata Febria, saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com.
(frd/sur)