Menkes: Kebijakan Karantina Kita Dikritik Terus Karena Ketat
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengklaim kebijakan karantina di Indonesia kerap kali jadi sasaran perundungan (bully) di media sosial karena ketat.
"Karantina kita ketat, di-bully terus di sosial media. Saya bilang enggak apa-apa lah di-bully, kita mau lindungi rakyat di-bully enggak apa-apa. Karena banyak orang kaya Jakarta, pulang jadi kesal. Karena suruh 10 hari di situ (lokasi karantina)," kata Budi di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat (21/1).
Budi memastikan kebijakan karantina salah satunya adalah demi mengantisipasi penyebaran Covid-19 varian Omicron di Indonesia. Pemerintah, katanya, telah berupaya meski pada akhirnya pertahanan jebol dan varian ini berkembang hingga seribuan kasus di nusantara.
"Saya bilang, teman-teman Omicron itu udah pasti enggak bisa ketahan. Kita berusaha menahan, akhirnya masuk. Kita negara rangking mungkin nomor 100 yang masuk Omicron, not bad sih buat negara berkembang," ujar Budi.
Lihat Juga :UPDATE CORONA 21 JANUARI Positif Covid-19 Melonjak 2.604, Kasus Aktif Tembus 14 Ribu |
Berkaca pada situasi di negara lain, kasus Omicron melonjak secara cepat dan tinggi. Puncak gelombang penularannya sekitar 30-40 hari sejak terdeteksi di suatu negara saat varian Delta membutuhkan waktu 3-4 bulan.
"Dan kalau Delta itu kalau puncaknya misalnya 100, ini puncaknya bisa seribu, 10 ribu," tutur Budi.
"Saya bilang ini masuknya cepat, naiknya tinggi. Musuh kita itu tipenya ini. Peperangannya, teater perangnya ini begini polanya. Cuma bagusnya apa, turunnya juga cepat, yang masuk rumah sakit dan wafat rendah," sambungnya.
Di Indonesia, kata Budi, tak ada seorang pun pasien terpapar Omicron yang harus sampai memakai High Flow Nasal Cannula (HFNC) maupun ventilator. Sekitar 60-65 persen pasiennya asimptomatik dan sisanya kategori bergejala ringan.
Atas dasar itu ia meminta kepada masyarakat agar tak panik atau khawatir. Meski tetap harus waspada melalui beberapa langkah antisipasi penularannya.
Pertama, kata Budi, penerapan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19 tetap menjadi yang utama. Kemudian surveilans yang tak boleh kendor dipadukan pengoptimalan berbagai fasilitas kesehatan, seperti shelter maupun isoter.
Langkah berikutnya, menurut Budi, tentunya adalah akselerasi vaksinasi Covid-19 demi menciptakan kekebalan komunal atau herd immunity.
Menkes juga meminta agar pemerintah daerah melakukan sosialisasi terkait ketentuan karantina atau isolasi sepanjang situasi terakhir penyebaran Covid-19 di Tanah Air.
"Saran saya, kalau dia 60 tahun, lansia, belum pernah divaksin, kena, masuk RS aja supaya bisa cepat dirawat. Tapi kalau misalnya dia lansia, nggak ada komorbid, kena, tanpa gejala, ya dijaga, di shelter. Atau kalau misalnya dia rumahnya bagus ya bisa di rumah," terang Budi.
"Intinya biar RS konsentrasi buat yang berat-berat atau yang lansia belum divaksin atau komorbid tidak bisa divaksin. Biar tekanan ke RS tidak terlalu tinggi,"imbuhnya.
Lihat Juga :UPDATE CORONA 21 JANUARI Rangkuman Covid: Omicron Tembus 1.078 hingga Suntik Vaksin Kosong |