Terpisah, Ketua Paguyuban PKL Malioboro-Ahmad Yani (Pemalni) Slamet Santoso menyebut ada 431 pedagang anggota paguyubannya yang hari ini secara bertahap mulai pindah ke Teras Malioboro 1.
"Sudah 100 persen masuk, semua di Teras 1," kata Slamet ditemui di Teras 1 Malioboro, Selasa.
Slamet memastikan, mulai hari ini pula tak ada PKL anggota Pemalni yang masih berjalan di area trotoar Malioboro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mulai hari ini juga sudah banyak yang berjualan (di Teras Malioboro 1). Hari pertama masih sepi, tapi pasti nanti setelah PKL di lorong-lorong (trotoar) sudah tidak jualan, pasti kan masuknya ke sini," katanya.
Anggota Pemalnin yang mayoritas berjualan suvenir dan kaos ditempatkan di lantai dasar dan 1 Teras Malioboro. Slamet meyakini PKL di bawah paguyubannya akan mencari cara memanfaatkan luasan lapak yang terbatas ini.
Terkait gerobak PKL yang kini sudah tak lagi dibutuhkan, pihaknya menyarankan agar pedagang melelangnya. Harga lelang variatif mulai dari Rp1 juta sampai Rp3 juta tergantung ukuran.
"Soalnya kalau diloak itu murah nilai jualnya. Kalau dilelang kan siapa tahu ada yang membutuhkan gerobak dengan harga terjangkau. Mungkin sebagian besar sudah mau dijual atau dilelang. Ada 400an gerobak aja kalau dari Pemalni," bebernya.
Sementara untuk nasib para pendorong gerobak, Pemalni meminta Pemkot Yogyakarta turun tangan. Para pedagang menilai mereka masih bisa diberdayakan di Teras Malioboro sebagai petugas kebersihan, keamanan, atau pemeliharaan taman.
Pasalnya, dengan lapak yang baru ini para pedagang bisa mengatasi kerjaan masing-masing. Dengan demikian peran tenaga bantu dirasa belum dibutuhkan.
"Kami mendorong Pemkot untuk mengakomodasi para pendorong gerobak itu," pungkasnya.
(kum/bac)