Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bakal mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) secara berkala. Saat ini, DKI masih menerapkan PTM di sekolah 50 persen dari kapasitas sesuai aturan pemerintah pusat.
"Terkait PTM itu nanti kita akan evaluasi. Ini kan masih berjalan, kita tunggu saja prosesnya, perjalanannya, PTM yang 50 persen nanti kita evaluasi," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria di Balai Kota, Jakarta, Senin (7/2).
Kebijakan terbaru dari pemerintah pusat, daerah-daerah PPKM Level 2 tetap harus menggelar PTM dengan kapasitas 50 persen. Sementara, status PPKM DKI baru saja dinaikkan menjadi Level 3.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai hal itu, Riza mengatakan, pihaknya terus memantau perkembangan di lapangan. Ia memastikan, Pemprov DKI akan mengikuti ketentuan yang berlaku dari pemerintah pusat.
"Kita kan selalu lakukan evaluasi nanti hasil evaluasi itu menjadi dasar rujukan untuk kita sampaikan kepada pemerintah pusat terkait PTM," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Riza merespons saran Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) agar proses PTM di Jakarta dihentikan sementara waktu. Menurut dia, pihaknya akan tetap mengikuti ketentuan pemerintah pusat, meskipun sebelumnya DKI juga sempat mengusulkan hal yang sama.
"Kami menghormati sejak awal masukan dari masyarakat, organisasi, terkait penghentian PTM, Sudah kami usulkan beberapa hari lalu agar dihentikan sementara satu bulan, tapi karena menjadi kewenangan pusat, dalam hal ini Kemendikbud, Pak Menteri memutuskan PTM dari tanggal 4 yang tadinya 100 persen menjadi 50 persen," ujar Riza.
"Kita coba dulu ini, ke depan efektivitasnya sejauh mana PTM 50 persen bisa mengurangi kasus di sekolah. Untuk diketahui selama ini kasus di sekolah selama PTM bukan terjadi di sekolah," paparnya.
Lihat Juga : |
Menurut Riza, selama ini, kasus positif Covid-19 yang ditemukan di sekolah, penularannya dari rumah atau tempat lain. Ia bahkan mengklaim, tingkat penularan di sekolah selama ini cenderung rendah.
"Karena di sekolah itu kasusnya cuma 1, 2. Itu artinya anak-anak kita, atau tenaga pendidik kita itu terpapar virus itu di lingkungan rumah atau di perjalanan," ucapnya.
(dmi/isn)