Petani di Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat mengeluh kesulitan air karena aliran Sungai Ciherang dibendung untuk kepentingan proyek pembangkit listrik.
Mengutip kantor berita Antara, sedikitnya 100 hektare sawah mengalami kekeringan lantaran tidak mendapat aliran sungai dalam dua bulan terakhir.
"Para petani banyak yang mengeluh tidak bisa 'nyawah' karena sudah dua bulan tidak ada air. Penyebabnya, aliran Sungai Ciherang dibendung untuk dialirkan ke perusahaan listrik," ujar Kepala Desa Salem, Epet mengutip Antara, Rabu (9/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Epet mengatakan saat ini ada proyek kincir air yang tengah dibangun oleh pengusaha asal Jakarta. Listrik yang dihasilkan dari membendung Sungai Ciherang itu dijual ke PLN.
Imbas dari proyek tersebut sudah terasa bagi petani Purwakarta. Epet cemas dampak buruk dari proyek pembangkit listrik itu dirasakan lebih parah oleh petani ketika musim kemarau tiba.
"Sekarang saja masih ada hujan air surut dan tidak sampai ke sawah. Apalagi nanti musim kemarau pasti lebih parah," ujarnya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi sudah mendatangi lokasi daerah yang kekeringan usai mendapat laporan. Dia mendapati aliran sungai dibendung lalu disalurkan menuju kincir pembangkit listrik.
Akibatnya, anak-anak sungai menjadi kering dan tidak mengalir ke sawah milik warga. Kekeringan pun melanda areal persawahan sejak dua bulan terakhir.
"Seharusnya perusahaan ada pertimbangan. Pengambilan air untuk kincir tidak mengganggu kepentingan warga untuk pertanian. Seharusnya air bendungan ini bisa bermanfaat untuk warga dan pertanian," kata Dedi.
Dedi juga tak habis pikir karena seharusnya listrik yang dihasilkan dari sumber sekitar bisa langsung dinikmati oleh warga setempat.
"Kita panggil perusahaannya karena tidak boleh memanfaatkan air untuk kepentingan sendiri untuk usaha tapi warga di sini dirugikan. Tidak boleh. Musim hujan saja seperti ini kering apalagi kemarau," katanya.