Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan akan berupaya mengembangkan pengiriman pesan serentak (blast message) sebagai bentuk upaya pelacakan kontak erat kasus virus corona (Covid-19) di fasilitas publik.
Cara kerjanya, warga akan menerima pesan yang menginformasikan temuan kasus positif Covid-19 di sekitarnya sehingga warga yang merasa kontak erat mampu melakukan tes mandiri ataupun mendatangi fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas setempat.
"Kita memang perlu edukasi dulu, karena begitu orang dapat WhatsApp banyak yang panik sebenarnya, dan kemudian mencari informasi dan kemudian melakukan tindakan macam-macam," kata Chief of Digital Transformation Office Kemenkes Setiaji dalam acara daring, Rabu (16/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita butuh waktu untuk melakukan edukasi ke masyarakat dan sekarang tiba waktunya kita lebih mengakurasikan hal tersebut," imbuhnya.
Setiaji melanjutkan, saat ini pihaknya telah mengembangkan fitur Sijejak dalam aplikasi PeduliLindungi yang fungsinya serupa, hanya belum sesederhana melalui message blast. Pasalnya pengguna aplikasi PeduliLindungi harus terus mengaktifkan bluetooth. Aplikasi ini mengadopsi Singapura dengan menggunakan Bluetooth Low Energy.
Teknisnya, Sijejak akan memanfaatkan pertukaran sinyal bluetooth dari jarak kurang dari dua meter untuk mengumpulkan data kontak erat di antara para pengguna aplikasi PeduliLindungi dan menyimpannya di masing-masing ponsel maksimal selama 14 hari.
Ketika pengguna Sijejak terdeteksi sebagai orang yang positif Covid-19, maka sistem akan meminta persetujuan untuk mengunggah data pertukaran bluetooth yang telah disimpan.
Setelah data terunggah, pengguna lain yang terdata kontak erat dengan orang kasus positif tersebut akan mendapatkan pemberitahuan dan himbauan untuk melakukan tes hingga karantina mandiri melalui aplikasi WhatsApp.
"Nah dengan adanya seperti ini sudah ada beberapa yang di-blast terhadap hal jika ada notifikasi. Tetapi ini tetap butuh individu tersebut untuk mengunggah datanya. Jadi tetap ada data privasi yang kita utamakan," jelas Setiaji.
(khr/kid)