Ketum PBNU Beber Warisan Islamofobia & Kafirophobia Umat Beragama

CNN Indonesia
Kamis, 31 Mar 2022 09:34 WIB
Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan umat Islam harus mengakui terdapat kafirophobia atau rasa tidak suka terhadap pemeluk agama selain Islam.
Ketum PBNU Gus Yahya mengatakan terorisme bukanlah fenomena khas Islam. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Lebih lanjut, Yahya mengatakan terorisme bukanlah fenomena khas Islam. Menurutnya, terorisme merupakan respons terhadap dinamika yang sedang berlangsung.

Yahya mengatakan sepanjang sejarahnya, terorisme juga dilakukan kelompok dan penganut paham atau agama selain Islam seperti Komunis hingga Yahudi.

"Kita tahu terorisme merupakan respons terhadap dinamika yang berlangsung. Dan ini tidak khas Islam, ini tidak khas Islam," kata Yahya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yahya mengatakan sepanjang sejarahnya, dunia mencatat aksi terorisme juga dilakukan organisasi kemerdekaan Irlandia, IRA atau Tentara Pembebasan Nasional Irlandia yang berlatar belakang Katolik.

Aksi terorisme juga dilakukan kelompok 'merah' di Italia yang memiliki latar belakang Komunis. Hal serupa juga dilakukan pejuang Palestina melakukan operasi dengan model yang sama.

"Ini juga dilakukan misalnya oleh kelompok Yahudi pada awal-awal upaya mereka untuk mendirikan negara Israel," ujar Yahya.

Namun, kata Yahya, belakangan terorisme menjadi isu besar karena keseimbangan kekuatan global berubah. Di saat yang bersamaan, warisan konflik dan rasa permusuhan masa lalu masih membekas dalam mentalitas di setiap kelompok, termasuk Islam.

Menurut Yahya, hal ini terlihat dari deklarasi konsep hak asasi manusia (HAM) oleh Organisation of Islamic Cooperation (OIC) di Kairo pada 1990. Konsep ini berbeda dengan deklarasi HAM PBB pada 1948.

"Berarti di sini ada masalah dunia Islam dengan dunia selebihnya. Ada asumsi dunia Islam ini tidak harus terintegrasi dengan dunia selebihnya bagi satu tatanan bersama," tuturnya.

Yahya mengungkap gesekan semacam ini tidak hanya terjadi di kelompok Islam. Umat agama lain seperti Hindu di India, Budha di Myanmar, dan Kristen di Eropa juga menunjukkan gejala serupa.

Karena itu, kata Yahya, mentalitas yang didukung wacana keagamaan perlu dikontekstualisasikan agar elemen yang melanggengkan permusuhan hilang.

"Kita membutuhkan upaya untuk merekontekstualisasikan wacana keagamaan," ujarnya.

(iam/fra)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER