Sebanyak 10 orang mahasiswa ditangkap polisi saat terjadi bentrokan di kantor DPRD Sulsel hingga ke Jalan AP Pettarani dan di depan kampus Universitas Bosowa (Unibos) Makassar.
"Ada 10 orang pemuda yang diamankan, tapi masih kita identifikasi dulu," kata Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Nana Sudjana, Senin (11/4).
Menurut Kapolda Sulsel aksi unjuk rasa mahasiswa di 12 titik yang berlangsung di Kota Makassar semulanya berjalan kondusif dan tertib. Namun, menjelang waktu berbuka puasa mahasiswa tiba-tiba melakukan pelemparan ke arah petugas sehingga terjadilah bentrokan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya berjalan baik. Ketika menjelang akhir buka puasa ada beberapa kelompok yang melakukan aksi. Tapi saya melihat itu bukan mahasiswa," ungkapnya.
Petugas di lapangan kata Nana, sempat berusaha untuk menenangkan mahasiswa yang berunjukrasa tapi tidak digubris, malah lemparan batu masih terus terjadi sehingga dibalas dengan tembakan gas air mata.
"Kita sudah peringatkan menghentikan pelemparan. Tapi tidak digubris, makanya mau tidak mau kami melakukan pendorongan secara persuasif agar tidak ada pelemparan. Tapi, tidak digubris juga makanya kami mengeluarkan tembakan gas air mata sebagai peringatan," jelasnya.
Aksi unjuk rasa yang berlangsung hari ini, kata Nana ditaksir mencapai 2000 mahasiswa gabungan dari berbagai organisasi dan kampus di Makassar.
"Kurang lebih 2000 mahasiswa dan kemudian penyusup-penyusup itu kami tidak duga dari awalnya," pungkasnya.
Dari Maluku Utara, ribuan mahasiswa dan aktivis turun ke jalan menyuarakan penolakan mereka terhadap sejumlah isu nasional.
Di Kota Ternate, ratusan mahasiswa gabungan memadati Jalan Pahlawan Revolusi, tepatnya di depan kantor wali kota. Massa aksi dilengkapi sound system dan membakar ban di jalan.
Salah satu massa aksi mengatakan, memasuki Januari hingga hari ini kesejahteraan rakyat semakin tidak ada jaminannya. Kebijakan pemerintah membuat orang miskin terus terlantar.
"Kebutuhan BBM sudah menyentuh semua aspek kehidupan sosial. Jika terjadi tekanan terhadap kenaikan harga BBM maka akan berpengaruh pada harga barang jasa lainnya seperti sembilan bahan pokok. Kenaikan harga BBM ini sudah pasti disertai dengan peningkatan harga barang lainnya," ujar mahasiswa dalam orasinya.
Kondisi ini, sambungnya, membuat daya beli masyarakat menurun, terutama masyarakat ekonomi lemah. Apalagi kenaikan harga BBM berdekatan dengan lebaran Idul Fitri.
"Padahal BBM dan minyak goreng serta sembako adalah penyambung hidup masyarakat di desa maupun di kota. Jika terjadi kelangkaan maka akan membebani hidup semakin parah. Kondisi di pusat Kota Ternate saat ini, dari Pasar Gamalama hingga kelurahan di bagian utara dan selatan semua merasakan dampak dari kenaikan ini," terangnya.
Dari rangkaian demonstrasi, polisi mengamankan enam orang yang melakukan pelemparan batu. Keenam orang yang diamankan berinisial AL (23 tahun), SU (17 tahun), SS (19 tahun), AF (15 tahun), F (21 tahun), dan AL (23 tahun).
Kapolres Ternate, AKBP Andik Purnomo Sigit mengatakan enam orang yang diamankan tersebut dibawa ke Mapolres Ternate untuk didata kembali kesalahannya seperti apa.
"Tapi yakinlah, saya akan lakukan yang terbaik untuk adek-adek mahasiswa," kata Andik.
(mir/sah/ain)