Satgas IDI Prediksi Tak Ada Lagi Mutasi Varian Covid Berbahaya

CNN Indonesia
Jumat, 15 Apr 2022 17:41 WIB
Ketua Satgas Covid-19 PB IDI Zubairi Djoerban menyebut mutasi Covid-19 tetap ada, namun ia memprediksi mutasi kali ini tak melahirkan varian berbahaya.
Ketua Satgas Covid-19 PB IDI Zubairi Djoerban menyebut mutasi Covid-19 tetap ada, namun ia memprediksi mutasi kali ini tak melahirkan varian berbahaya. Ilustrasi (iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban memprediksi tidak akan ada lagi mutasi SARS-CoV-2 atau Covid-19 berbahaya yang muncul baik di Indonesia maupun global.

Zubairi tetap meminta seluruh elemen masyarakat tetap patuh terhadap protokol kesehatan Covid-19, sekalipun tren penurunan kasus mulai terjadi di sejumlah negara, salah satunya Indonesia.

"Apakah ke depan akan lebih banyak varian baru virus SARS-CoV-2? Selama virus menyebar melalui populasi, mutasi terus terjadi," kata Zubairi melalui cuitan di akun twitter pribadinya @ProfesorZubairi, Jumat (15/4). CNNIndonesia.com telah diberi izin mengutip unggahan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zubairi kemudian mewanti-wanti varian Omicron akan menggeser posisi varian lainnya seperti Delta yang sempat mendominasi Indonesia maupun global pertengahan tahun lalu.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes Kemenkes) misalnya mencatat jumlah kumulatif kasus varian Omicron di seluruh Indonesia berjumlah 10.055 kasus per data 11 April 2022. Disusul varian Delta 8.671 kasus, Alfa 83 kasus, dan Beta 22 kasus.

"Dan keluarga Omicron terus berkembang-yang dengan cepat menggeser Delta. Tapi, mutasi menjadi varian berbahaya mungkin tak akan ada lagi," ujarnya.

Untuk itu, Zubairi meminta masyarakat mulai beradaptasi menuju endemi dengan tetap disiplin protokol kesehatan. Ia juga mengimbau masyarakat tetap memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.

Menurutnya, jika Indonesia sudah masuk fase endemi, tidak menutup kemungkinan jumlah penambahan kasus harian Covid-19 bisa melonjak kembali. Lonjakan itu bisa terjadi apabila banyak pelanggaran yang dilakukan baik pemerintah maupun warga.

"Jangan jemawa, dan transparan dalam berkomunikasi dengan rakyat terkait kebijakan penanganan Covid-19," ujar Zubairi.



(khr/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER