Fajar duduk lemas di trotoar Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (21/4). Sahut-sahutan suara dari mobil komando tak membuyarkan lamunannya.
"Yang minum, yang minum," teriak suara dari belakang Fajar. Seorang ibu-ibu menjinjing termos, air mineral dan aneka minuman sachet berjalan gontai. Fajar melirik sekilas, lalu kembali tenggelam dalam lamunannya.
Hari itu, ratusan mahasiswa dari berbagai kampus melakukan demonstrasi. Tak diizinkan mendekat ke Istana Negara, mahasiswa tertahan di sekitar Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat. Kawat berduri, water barrier memblokade akses mahasiswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fajar merupakan satu dari ratusan mahasiswa itu. Bersama rekan dari kampusnya, ia datang dengan tujuan menyuarakan tuntutan.
"Aku ke sini sekitar jam 1 tadi. Sama teman pakai motor," kata Fajar.
Ada alasan mengapa Fajar hanya duduk meski beberapa mahasiswa lainnya tampak bersemangat. Hingga sore itu, ia mengaku masih berpuasa.
"Alhamdulillah kuat, enggak ada niat buat batal. Tetap taat sama kewajiban kan," katanya.
Selain dirinya, beberapa rekan kampusnya juga masih bertahan puasa hingga sore itu. Fajar mengatakan mereka berkomitmen untuk tetap bertahan puasa meski ikut aksi.
"Teman-teman kami semuanya puasa, gak ada yang batal satupun," kata Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional ini.
Selemparan batu dari tempat Fajar duduk, Egi tengah menikmati segelas minuman dingin. Ia selonjoran di rerumputan.
"Kalau dibilang masih kuat (puasa), masih kuat, tapi daripada takut kenapa-napa kan. Kalau bisa minum ya minum, makan ya makan," kata Egi.
Mahasiswa jurusan arsitektur ini mengaku sebelumnya ikut sahur. Ia pun berniat untuk puasa saat demo.
Egi berangkat dari rumahnya sekitar pukul 09.00 WIB. Setelah berkumpul, sekitar pukul 13.00 WIB, ia dan teman-teman rombongannya tiba di IRTI Monas.
"Dari rumah udah niat puasa tapi nyampe sini takut terjadi hal kenapa-napa kan. Lebih baik dicegah aja, gapapa dah," katanya.
Selain dirinya, ia mengaku sejumlah rekannya turut ikut membatalkan puasa pada hari itu.
"Teman-teman sebagian batal di sini, gak sendirian banyak yang batal," katanya.
Dalam aksi itu, mahasiswa mengaku kecewa lantaran tidak bisa bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Mereka mengaku akan terus bergerak hingga presiden mau menemui mereka.
Setidaknya ada tujuh tuntutan yang mereka sampaikan dalam aksi. Yang pertama, yakni menuntut pemerintah untuk menindak tegas para penjahat konstitusi dan tolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden.
Kedua, menuntut pemerintah untuk segera menurunkan harga kebutuhan pokok dan mengatasi ketimpangan ekonomi. Ketiga, menuntut pemerintah untuk menindak tegas segala tindakan represif terhadap masyarakat sipil dengan mekanisme yang ketat dan tidak diskriminatif.
Keempat, menuntut pemerintah untuk mewujudkan pendidikan ilmiah, gratis, dan demokratis. Kelima, menuntut pemerintah untuk mengesahkan RUU pro rakyat, tolak RUU pro oligarki.
Keenam, menuntut pemerintah untuk menuntaskan seluruh pelanggaran HAM. Lalu ketujuh, mewujudkan Reforma Agraria.
Matahari perlahan bergerak hampir tenggelam. Massa mulai membubarkan diri dengan tertib. Begitu juga Fajar dan kawan. Senyum terukir di wajahnya. Siap menyambut kemenangan berbuka puasa saat Magrib berkumandang. Fajar berhasil mengalahkan perang dahaganya.
(yoa/isn)