Celia mondar-mandir di posko pengungsian korban kebakaran Pasar Gembrong mengenakan baju. Celana bocah 3 tahun ini tampak menggembung, tanda popoknya sudah harus diganti.
Siang itu posko pengungsian di halaman Universitas Mpu Tantular, Jakarta Timur, sedang riuh-riuhnya. Hawa panas seakan terperangkap dalam posko yang beratap terpal oranye.
Celia tak bisa diam. Sesekali ia menyapu dahinya yang basah oleh keringat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rumahnya udah enggak ada," kata Celia sambil menunjuk ke arah rumahnya, Senin (25/4).
Kusiri (49), orang tua Celia menyebut anaknya tahu kebakaran telah menghabiskan rumah dan seisi perabotannya. Meski demikian Celia tetap merengek minta pulang ke rumah.
"Dari semalam 'Mama pulang, jangan di sini, rumah Celia kebakaran tuh mama, abis'. Dia enggak mau di sini [Posko pengungsian] tidurnya," kata Kusiri menceritakan keluhan anaknya malam itu.
Kusiri tak bisa berbuat banyak menjawab rengekan anaknya. Cara yang bisa dia lakukan adalah memenuhi kebutuhan anaknya selama tinggal di posko pengungsian, agar buah hatinya merasa nyaman.
Ia mengaku sangat membutuhkan bantuan popok dan susu untuk Celia. Sambil menunggu pasokan susu, Kusiri mengganti asupan Celia dengan teh.
Kebakaran Pasar Gembrong pada Minggu (24/4) malam menyisakan trauma bagi warga dan sebagian anak-anak. Api yang cepat sekali melahap pemukiman warga menyisakan memori buruk.
![]() |
Indriani (30) mengingat detik-detik menyelamatkan diri dari kebakaran. Saat itu ia refleks menggendong Atta (5), anaknya yang sedang tertidur.
Tak lama setelah diselamatkan Atta terbangun. Kata Indriani, anaknya masih melihat kobaran api yang semakin besar menghabiskan perkampungan dan rumahnya.
"Takut lihat api," kata Atta sambil menunduk.
Menjelang sore posko pengungsian sudah penuh. Bersama anak dan ibunya, Indriani duduk di pinggiran kali dengan beralaskan tikar sederhana.
Bau kurang sedap tercium dari kali tak lagi dihiraukan. Indriani masih menunggu posko pengungsian lain yang saat itu sedang didirikan.
Selain mengurus Atta yang masih 5 tahun Indriani juga menyusui bayinya yang baru berusia 1 tahun. Bedanya dengan pengungsi lain, Indriani memiliki beberapa buah popok untuk bayinya. Popok itu, kata Indriani, diberikan oleh kerabat.
Risca, 33 tahun, menceritakan pada malam nahas itu bayinya belum terlelap. Menjelang kebakaran Azizah (1) hanya menangis.
"Jadi dia tuh diemnya kalau digendong doang. Orang disuruh nyusu atau apa enggak mau," ujarnya singkat.
![]() |
Risca mengaku belum tidur sejak kebakaran terjadi. Baju yang dipakainya hari itu satu-satunya harta yang terbawa. Risca menyebut saat kejadian tak sempat mengambil barang-barang miliknya lantaran api sudah kadung besar.
"Enggak ada baju, enggak ada popok," kata dia.
Azizah tak bisa diam meski kebakaran sudah diatasi. Dia terus menangis dan berteriak di posko pengungsian. Tiga buah gigi susu di bagian depan bawah mengintip dari mulutnya.
Risca mengaku tak punya cara khusus untuk mengatasi syok yang dialami anaknya. Ia hanya terus menggendong bayinya bermodal gendongan batik dari tetangga.
"Cuma digendong aja," imbuh Risca.
Memiliki bayi yang masih aktif ASI eksklusif bukan perkara mudah di keadaan seperti ini. Tita Kastirah (33) mengatakan anaknya, Azwar (1) terus rewel karena suasana [pengungsian] yang tak nyaman.
"Rewel. Suasananya engggak nyaman," kata Tita sambil menggendong anak bungsunya itu.
Sudah paham kebakaran, anak Fitri (27) yang bernama Hanan (4) mengalami syok akibat kebakaran malam itu.
"Dari semalam rewel banget, nangis. Dia juga syok," kata Fitri sambil memangku anak laki-lakinya.
"Anak aku sampai teriak 'Mama, mama, aku takut mama, ada kebakaran'," ujar dia.
Hanan mulai terlihat tenang saat diberikan es krim. Adapun cara Fitri memberikan pengertian agar anaknya tidak trauma adalah dengan berdialog.
"Aku bilangin nanti cari rumah baru lagi, kita cari uang lagi bareng-bareng, enggak usah sedih ya," imbuh Fitri.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunjungi lokasi kejadian dan posko pengungsian warga pada Senin (25/4).
Anies berjanji menyediakan layanan recovery atau pemulihan untuk anak-anak yang mengalami trauma akibat kebakaran Pasar Gembrong.
"Nanti setelah ini ada layanan untuk recovery. Ini biasa kita lakukan juga ketika ada kebakaran," kata Anies saat ditemui di posko pengungsian.
"Tapi pada fase ini adalah fase menyelamatkan. Ini adalah kondisi darurat. Memastikan kelangsungan hidup terjaga dan mereka secara fisik sehat, secara psikologis nanti dibantu dibimbing," imbuhnya.
(pop/wis)