Antisipasi Musim Kemarau, DKI Imbau Warga Hemat Air
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengimbau masyarakat untuk menghemat air imbas dampak musim kemarau. Sesuai prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau di Jakarta akan terjadi Juli hingga September 2022.
"Kami mengimbau masyarakat untuk waspada dan mengajak masyarakat untuk mengantisipasinya dengan mulai melakukan penghematan air, serta menjadikannya sebagai gaya hidup baru," kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji dalam keterangan tertulisnya, Senin (9/5).
Di sisi lain, Isnawa turut meminta masyarakat mengantisipasi ancaman bencana kebakaran pada gedung dan pemukiman sebagai bentuk kewaspadaan terhadap dampak kekeringan di musim kemarau.
Isnawa mengatakan, sesuai prakiraan BMKG, rata-rata wilayah DKI Jakarta sudah memasuki awal musim kemarau pada April 2022. Namun, untuk wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan baru memasuki awal musim kemarau Juni 2022.
Ia mengatakan dampak dari musim kemarau dapat menyebabkan kekeringan dan kelangkaan air bersih dan meningkatnya polusi udara. Berdasarkan data BPBD, dalam rentang waktu 2017 hingga 2021, musim kemarau memberikan dampak kekeringan kepada masyarakat.
Isnawa menambahkan, untuk mengantisipasi kekeringan saat musim kemarau, BPBD DKI berkoordinasi dengan para wali kota/bupati untuk menghitung kebutuhan air bersih, khususnya bagi masyarakat yang berada di daerah rawan kekeringan dan wilayah yang belum terlayani jaringan air bersih.
"Jajaran Pemprov DKI Jakarta saling berkoordinasi untuk mengantisipasi dampak kekeringan akibat musim kemarau, terutama dengan Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan PD PAM Jaya yang menyiagakan Instalasi Pengolahan Air (IPA) mobile dan juga mobil-mobil tangki air agar siap memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga Jakarta saat terjadi kekeringan," ujarnya.
BMKG juga memperkirakan sifat hujan akan berada pada kondisi atas normal, yakni curah hujan musim kemarau lebih tinggi dari rerata klimatologis. Sedangkan, puncak musim kemarau diprakirakan akan terjadi pada bulan Juli - September 2022.
BMKG mencatat dalam sepekan terakhir selama periode tanggal 1 - 7 Mei 2022, suhu maksimum terukur berkisar antara 33 - 36,1 derajat celsius. BMKG memastikan suhu udara terik yang terjadi bukan fenomena gelombang panas, melainkan dipicu oleh beberapa faktor, seperti posisi semu matahari yang saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator.
Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau.
Dominasi cuaca cerah dan tingkat awan yang rendah dapat mengoptimalkan penerimaan sinar matahari di permukaan bumi, sehingga kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi cukup terik pada siang hari.
(dmi/isn)