Jakarta, CNN Indonesia --
Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan memperketat pintu-pintu masuk ke Kota Makassar, seperti bandara dan pelabuhan untuk mencegah masuknya penyakit hepatitis akut misterius. Pola rujukan ketika ada kasus hepatitis misterius pun telah dipersiapkan.
Kadis Kesehatan Sulsel, Bahctiar Baso menuturkan hingga saat ini kasus hepatitis misterius tersebut belum ditemukan di beberapa wilayah di Sulsel. Namun, pihaknya telah melakukan langkah-langkah pencegahan dan antisipasi.
"Kita telah melakukan kolaborasi atau permintaan kepada kantor kesehatan pelabuhan yang merupakan pintu masuk baik di bandara maupun pelabuhan untuk mewaspadai jika didapatkan ada penumpang yang terdeteksi ada gejala, seperti demam bisa sampai kekuningan pada kulit, mual, muntah, ada kejang-kejang, kemudian penurunan kesadaran," ungkap Kadis Kesehatan Sulsel, Selasa (10/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bachtiar mengatakan melalui surat edaran Gubernur Sulsel seluruh kepala daerah di 24 kabupaten dan kota serta seluruh pihak terkait diminta deteksi dini kasus hepatitis misterius ini.
"Kita berharap peran laboratorium kesehatan mendeteksi gejala itu. Sampai hari ini, kita tetap mewaspadai dan belum ada laporan yang masuk," katanya.
Sementara dari sisi pengawasan, Dinas Kesehatan telah menyusun skema rujukan apabila ditemukan kasus tersebut pada saat pemeriksaan di pintu-pintu masuk baik di pelabuhan maupun di bandara.
"Kita siapkan, misalnya ada, proses rujukan itu sudah ada. Jadi pertama yang dilakukan adalah segera melakukan pemeriksaan, mulai dari pada level puskesmas hingga ke rumah sakit daerah, jika tidak tertangani (rujuk) ke rumah sakit provinsi, kemudian ke RS Wahidin Sudirhusodo," ungkapnya.
Kadis Kesehatan Sulsel ini mengimbau masyarakat untuk tidak perlu takut dengan hepatitis misterius ini. Ia mengingatkan untuk tetap pola hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan dan tidak makan makanan tidak sehat.
"Karena ini juga menular melalui mulut, dan masuknya melalui makanan. Olehnya itu kita berharap sekolah mengawasi jajanan yang dijual sekolahnya. Karena yang terserang ini relatif itu anak-anak 1 bulan sampai 16 tahun," katanya.
Hal serupa dilakukan Pemerintah Kota Cilegon. Sebagai daerah lintasan mudik dan wisata libur Idulfitri, Pemkot Cilegon mewaspadai penularan penyakit yang penyebabnya masih misteri itu.
"Kita diskusi perihal mengenai kota sehat dan juga antisipasi mengenai hepatitis akut juga. Ini banyak menyerang anak kan, Dinkes juga sudah antisipasi, waspada," kata Walikota Cilegon, Helldy Agustian, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Cilegon, Banten.
Helldy memastikan belum ditemukan kasus Hepatitis misterius di Kota Cilegon. Meski begitu dia sudah meminta Dinkes dan fasilitas kesehatan (faskes) untuk mewaspadai dan bergerak cepat jika ditemukan ada pasien yang memiliki gejala tersebut.
"Belum ada di Cilegon, kita sudah menyebar ke faskes-faskes yang ada di Kota Cilegon, rumah sakit, puskesmas dan rumah sakit swasta lainnya," terangnya.
Pemkot Cilegon akan menggelar rapat besar bersama faskes, serta mengundang Kemenkes dan dokter ahli pada Kamis (12/5) mendatang.
Dari rapat itu nantinya dihasilkan langkah antisipasi dan penanganan penyakit Hepatitis misterius. Masyarakat juga diminta turut serta aktif memeriksakan kesehatannya jika memiliki gejala awal seperti diare, muntah, mual, sakit perut serta demam.
Kemudian di gejala lanjutan biasanya akan mengalami kulit dan mata berwarna kekuning-kuningan, air kencing berwarna pekat seperti teh, buang air besar berwarna putih pucat hingga mengalami kejang.
"SOP penatalaksanaan kasus seperti apa, itu ada di rumah sakit atau fasilitas kesehatan, nanti Kamis juga akan disampaikan," ujar Kadinkes Banten, Ratih Purnamasari.
Dari Sumbar, bayi berusia dua bulan di Kabupaten Solok yang meninggal masih belum terkonfirmasi positif hepatitis akut misterius. Statusnya hingga Selasa (10/5) masih pending klasifikasi.
Akan tetapi, Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Lila Yanwar mengakui gejala yang ditunjukkan korban serupa dengan temuan kasus di daerah lainnya.
"Kenapa dia menjadi unknown (hepatitis akut misterius) karena setelah dilakukan pemeriksaan dan uji lanjutan tidak ditemukan kecocokan dengan hepatitis yang sudah dikelompokkan klasifikasinya. Padahal menunjukkan kesamaan gejala," jelasnya kepada CNNIndonesia.com.
Dinkes Sumbar akan melakukan proses screening secara khusus di kabupaten dan kota di Sumbar agar dapat meminimalisir penyebaran.
"Sistem pelaporan dan sistem screening yang terstruktur mulai dari tingkat puskesmas hingga ke rumah sakit melalui aplikasi SKDR (Sistem kewaspadaan Dinia Skor) dari Kemenkes RI," katanya.
Adapun rumah sakit yang menjadi rujukan untuk menangani kasus itu secara intensif menurutnya yaitu Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil. Dimana di sana juga dilengkapi dengan tenaga ahli yang kompeten dan persiapan lainya.
"Tim penanganan khusus hepatitis unknown dimana sebelumnya mereka juga bertindak untuk menangani Covid-19," kata Lila Yanwar.
Selain tenaga medis, juga disiapkan delapan buah tempat tidur dan dua buah ruangan ICU yang dikhususkan untuk penanganan hepatitis jenis unknown.