Hal serupa dilakukan Pemerintah Kota Cilegon. Sebagai daerah lintasan mudik dan wisata libur Idulfitri, Pemkot Cilegon mewaspadai penularan penyakit yang penyebabnya masih misteri itu.
"Kita diskusi perihal mengenai kota sehat dan juga antisipasi mengenai hepatitis akut juga. Ini banyak menyerang anak kan, Dinkes juga sudah antisipasi, waspada," kata Walikota Cilegon, Helldy Agustian, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Cilegon, Banten.
Helldy memastikan belum ditemukan kasus Hepatitis misterius di Kota Cilegon. Meski begitu dia sudah meminta Dinkes dan fasilitas kesehatan (faskes) untuk mewaspadai dan bergerak cepat jika ditemukan ada pasien yang memiliki gejala tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum ada di Cilegon, kita sudah menyebar ke faskes-faskes yang ada di Kota Cilegon, rumah sakit, puskesmas dan rumah sakit swasta lainnya," terangnya.
Pemkot Cilegon akan menggelar rapat besar bersama faskes, serta mengundang Kemenkes dan dokter ahli pada Kamis (12/5) mendatang.
Dari rapat itu nantinya dihasilkan langkah antisipasi dan penanganan penyakit Hepatitis misterius. Masyarakat juga diminta turut serta aktif memeriksakan kesehatannya jika memiliki gejala awal seperti diare, muntah, mual, sakit perut serta demam.
Kemudian di gejala lanjutan biasanya akan mengalami kulit dan mata berwarna kekuning-kuningan, air kencing berwarna pekat seperti teh, buang air besar berwarna putih pucat hingga mengalami kejang.
"SOP penatalaksanaan kasus seperti apa, itu ada di rumah sakit atau fasilitas kesehatan, nanti Kamis juga akan disampaikan," ujar Kadinkes Banten, Ratih Purnamasari.
Dari Sumbar, bayi berusia dua bulan di Kabupaten Solok yang meninggal masih belum terkonfirmasi positif hepatitis akut misterius. Statusnya hingga Selasa (10/5) masih pending klasifikasi.
Akan tetapi, Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Lila Yanwar mengakui gejala yang ditunjukkan korban serupa dengan temuan kasus di daerah lainnya.
"Kenapa dia menjadi unknown (hepatitis akut misterius) karena setelah dilakukan pemeriksaan dan uji lanjutan tidak ditemukan kecocokan dengan hepatitis yang sudah dikelompokkan klasifikasinya. Padahal menunjukkan kesamaan gejala," jelasnya kepada CNNIndonesia.com.
Dinkes Sumbar akan melakukan proses screening secara khusus di kabupaten dan kota di Sumbar agar dapat meminimalisir penyebaran.
"Sistem pelaporan dan sistem screening yang terstruktur mulai dari tingkat puskesmas hingga ke rumah sakit melalui aplikasi SKDR (Sistem kewaspadaan Dinia Skor) dari Kemenkes RI," katanya.
Adapun rumah sakit yang menjadi rujukan untuk menangani kasus itu secara intensif menurutnya yaitu Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil. Dimana di sana juga dilengkapi dengan tenaga ahli yang kompeten dan persiapan lainya.
"Tim penanganan khusus hepatitis unknown dimana sebelumnya mereka juga bertindak untuk menangani Covid-19," kata Lila Yanwar.
Selain tenaga medis, juga disiapkan delapan buah tempat tidur dan dua buah ruangan ICU yang dikhususkan untuk penanganan hepatitis jenis unknown.
(mir/ynd/nya/isn)