Waketum Respons Gus Yahya: Alat Politik NU Itu PKB

CNN Indonesia
Selasa, 24 Mei 2022 18:19 WIB
Waketum PKB Jazilul Fawaid meyakini pernyataan Gus Yahya soal NU tak digunakan sebagai alat politik, bukan ditujukan bagi partainya. (CNN Indonesia/Martahan Sohuturon)
Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid mengklaim bahwa partainya merupakan satu-satunya kendaraan bagi warga Nahdlatul Ulama (NU) dalam berpolitik.

Pernyataan itu disampaikan Jazilul merespons Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya yang meminta semua pihak agar tak menggunakan NU sebagai alat politik. Oleh karena itu, Jazilul meyakini pernyataan Gus Yahya bukan ditujukan untuk partainya.

"Tentu kami setuju karena memang alat politik NU itu PKB. Jadi apa yang disampaikan beliau untuk partai-partai lain, bukan untuk PKB," kata dia kepada wartawan di kompleks parlemen, Selasa (24/5).

Jazilul menyebut bahwa antara NU dan PKB ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Sebab, partainya memang lahir dari organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.

Dia membantah pernyataan pihak yang menyebut partai-partai lain, selain PKB merupakan bagian dari NU. Menurut dia, kecuali PKB, tak ada partai lain yang lahir dari NU.

"Saya ini lahir dari NU tidak bakal bisa dipisahkan dari NU, meskipun saya PKB. Tapi kalau ada orang bilang Golkar itu NU, enggak mungkin, dari mana sejarahnya. PDIP itu NU, enggak mungkin, dari mana sejarahnya. Ga ada sejarah itu," katanya.

"Kalau PKB lahir dari NU semua menyaksikan mulai dari deklarasinya, tokoh-tokohnya, mulai dari pendirinya, pemimpinnya," tambah dia.

Yahya sebelumnya meminta kepada semua partai politik agar tidak menggunakan NU sebagai alat dalam kompetisi politik.

Dia juga meminta sejumlah parpol tak menggunakan politik identitas ketika melakukan kompetisi politik, apalagi sampai menggunakan identitas agama dan NU.

"[Tak hanya PKB] semuanya, untuk semua partai, jadi NU itu enggak boleh digunakan sebagai senjata untuk kompetisi politik. Karena kalau kita biarkan terus-terus begini ini tidak sehat," kata pria yang akrab disapa Gus Yahya itu saat ditemui di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (23/5).

(thr/pmg)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK