ANALISIS

Pengaruh Rizieq Shihab di Pilpres 2024 Usai Bebas: Tak Sedahsyat 2019

CNN Indonesia
Kamis, 21 Jul 2022 11:23 WIB
Sejumlah pakar menakar kekuatan eks Imam besar FPI Habib Rizieq Shihab untuk Pilpres 2024 usai bebas bersyarat.
Foto: AP/Achmad Ibrahim

Pada Juni 2022, Aziz Yanuar, pengacara Rizieq, mengatakan eks imam besar FPI itu ogah berpolitik di tahun 2024. Rizieq disebut sudah lelah dan memilih fokus pada pendidikan dan dakwah.

Pengamat politik dari Netfid (Network for Indonesia Democratic Society) Dahliah Umar menilai kelompok non-partai politik termasuk FPI belum menjadi faktor penting dalam konstelasi politik 2024 mendatang.

"Absennya Habib Rizieq ini dalam konstelasi perpolitikan memang, karena sekarang partai-partai sepertinya sudah mengonsolidasikan diri dan memiliki daya tawar yang lebih tinggi, maka kelompok nonpartai belum menjadi unsur penting," kata Dahliah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mafhum Rizieq mempunyai basis pendukung yang luas. Namun, menurut Dahliah, fakta itu belum dapat dinilai menjadi dasar bahwa yang bersangkutan akan berperan sebagai vote getter atau orang yang memikat hati pemilih.

"Masalahnya belum ada pertemuan kepentingan antara kelompok Habib Rizieq dan sekarang yang akan mengambil peran dalam pencalonan Pilpres. Jadi, belum ada peta baru menjelang 2024," ucap Dahliah.

"Masih sangat jauh kita menilai langkah-langkah politik yang akan diambil dari parpol untuk menggalang dukungan nonpartisan, juga membaca keputusan Habib Rizieq ini," imbuhnya.

Terlebih, ia menyinggung pembinaan yang harus dijalani Rizieq hingga 10 Juni 2024 mendatang, atau sebelum Pemilu 2024 diselenggarakan yakni pada 14 Februari 2024. Hal itu menjadi hitung-hitungan penting elite atau partai politik untuk menggandeng Rizieq.

"Kekuatan politik tentu akan menilai keuntungan dari misalnya adanya afiliasi kelompok seperti kelompok di bawah Habib Rizieq. Pada pemilu sebelumnya kan terbukti justru itu tidak menguntungkan. Jadi, bacaan politik tentu akan berubah-ubah," ucap Dahliah.

"Betul, figur itu [Rizieq] mempunyai banyak pengikut, tapi banyak figur agamawan yang pengikutnya lebih luas dan mungkin lebih berpengaruh dan strategis. Kelompok ekstremis yang terlampau kuat itu kadang-kadang sulit menjadi kekuatan yang bisa berkompromi," kata dia.

"Nah, pembelajaran Pemilu 2019 saya kira partai politik dan calon-calon presiden akan menghitung keuntungan dan kerugian kelompok afiliasi nonpartai," demikian Dahliah.

(ryn/dal)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER