Ajaran Kartosowiryo di Balik Penggerebekan Khilafatul Muslimin

CNN Indonesia
Jumat, 17 Jun 2022 11:23 WIB
Kartosoewiryo menyulut pemberontakan pertama pascakemerdekaan dengan organisasi yang ia dirikan, Darul Islam atau Negara Islam.
Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono

Kartosoewiryo mulanya tidak menganut paham jihad bi ma'na qital atau jihad dengan perang. Namun, pemahamannya berbalik 180 derajat pascakemerdekaan.

Solahudin mengatakan Kartosoewiryo memimpin pasukan Hizbullah di Garut dan melakukan perang sabil melawan Belanda pada 1947.

Setahun sebelumnya, berkembang pemahaman bahwa jihad merupakan fardhu 'ain atau kewajiban individual. Paham ini mendudukkan orang Belanda sebagai kafir harbi atau kafir yang mesti diperangi. Paham ini persis dengan paham Salafy Jihadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemahaman semacam itu tumbuh subur di masa kemerdekaan dalam perang melawan Belanda dan menjadi semacam euforia jihad. Setelah Belanda terusir banyak kelompok Islam kembali menempuh jalur politik. Namun berbeda dengan Kartosoewiryo.

Ia memandang jihad sebagai kewajiban umat Islam dan menggunakan cara 'jihad teror' kepada orang yang dianggap musuh.

"Pada 1948 ia memerintahkan anak buahnya melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap semua pengkhianat agama, negara, dan bangsa," tulis Solahudin.

Paham ini kemudian dilaksanakan oleh pengikutnya di banyak tempat di Jawa Barat.

Sikap pemerintah Soekarno yang mau berunding dengan Belanda membuat Kartosoewiryo kecewa. Terlebih perjanjian Renville pada 17 Januari 1948 dianggap merugikan Indonesia.

Kartosoewiryo kemudian memproklamasikan sebagai pemimpin atau imam negara baru bernama Darul Islam pada Mei 1948 dengan wilayah Jawa Barat. Ia memandang perjanjian Renville telah membuat Indonesia bubar.

"Dia merasa punya hak untuk mendirikan negara baru yang sudah menjadi cita-citanya sejak lama, yaitu negara Islam," tulis Solahudin.

Pada akhirnya, meski pernah memerangi pasukan Belanda, pasukan Kartosoewiryo juga memerangi tentara Indonesia hingga warga sipil. Perang yang dikobarkan Kartosoewiryo berlangsung selama 13 tahun. Gerakan Kartosoewiryo kemudian berhasil ditumpas pada akhir 1962.

Setelah kekuatan pasukannya terus melemah, Kartosoewiryo terpojok. Ia kemudian berpamitan pada keluarganya pada pagi buta 5 September 1962.

"Kartosoewiryo dibawa regu penembak ke sebuah pulau di Kepulauan Seribu. Pukul 05.50 tepat, regu tembak melakukan eksekusi mati," tulis Solahudin.

Meski gerakannya ditumpas, paham yang pernah dianut dan diajarkan Kartosoewiryo tetap hidup. Sejumlah mantan anggota DI kemudian berkosolidasi pada 1970 an dan menghidupkan kembali ajaran 'jihad berarti perang' Kartosoewiryo. Solahudin menyebut perjalanan DI tahun 1970-1981 ini kemudian dikenal sebagai periode Komando Jihad.

(iam/ain)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER