ANALISIS

Megawati dan Blunder PDIP Jika Tak Koalisi di Pilpres 2024

CNN Indonesia
Rabu, 22 Jun 2022 15:09 WIB
Sejumlah pengamat politik menilai PDIP pasti membentuk koalisi untuk menghadapi Pilpres 2024. Jika tidak bisa menjadi blunder bagi partai banteng tersebut.
Sejumlah pengamat politik menilai PDIP pasti membentuk koalisi untuk menghadapi Pilpres 2024. Jika tidak bisa menjadi blunder bagi partai banteng tersebut. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menegaskan tak ada sistem koalisi dalam sistem presidensial yang dipakai oleh Indonesia.

Ia bahkan meminta para kadernya keluar jika masih berbicara koalisi. Menurutnya, sistem presidensial hanya mengenal istilah kerja sama.

Presiden ke-5 RI itu pun bingung masih banyak politikus dan publik kerap menggunakan istilah koalisi. Hal itu secara khusus juga disampaikan Megawati kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang hadir di acara tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, istilah koalisi hanya dikenal di negara yang menganut sistem parlementer dalam pemilihan perdana menteri. Sedangkan, di Indonesia tidak ada perdana menteri.

Pernyataan Megawati itu mengisyaratkan PDIP tak ingin menjalin koalisi, tetapi sebatas kerja sama dengan partai politik untuk mengusung calon presiden dan wakil presiden.

PDIP sampai saat ini memang belum memberi sinyal berkoalisi dalam kontestasi politik 2024. Sementara sejumlah partai telah bergerak membentuk koalisi.

Sebut saja Golkar, PAN, dan PPP yang telah resmi membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Sedangkan yang lainnya macam PKB, NasDem, Gerindra, Demokrat, hingga PKS masih melakukan penjajakan.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Adi Prayitno tak yakin PDIP berjalan sendiri pada Pilpres 2024 mendatang, meskipun secara aturan bisa mengusung jagoannya sendiri.

Namun, Adi menilai maksud pernyataan Megawati bukan berarti partainya menutup pintu koalisi. Ia menilai Megawati hanya berupaya memberikan peringatan bahwa koalisi merupakan urusan dirinya sehingga kader PDIP tak memiliki hak bicara soal koalisi.

"Saya yakin PDIP akan berkoalisi kok, sekalipun PDIP punya tiket. Karena bagi PDIP koalisi adalah keniscayaan, sesuatu hal yang tidak bisa dihindari, itu terjemahan politik gotong royong milik PDIP," kata Adi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (22/6).

Adi mengungkap alasan PDIP butuh rekan koalisi menghadapi Pilpres 2024. Pertama, PDIP harus memastikan capres dan cawapres yang mereka usung bisa terpilih.

Kemudian partai berlambang banteng itu juga mesti mengamankan capres dan cawapresnya, jika menang lagi, di parlemen. Menurut Adi, koalisi di parlemen akan membantu mengawal program-program eksekutif.

"Karena dalam sistem presidensialisme multipartai ekstrim seperti Indonesia, presiden itu butuh dukungan parlemen yang solid agar kebijakan politiknya nanti tidak diprotes dan diinterupsi. Kan seperti Pak Jokowi 2014 lalu, betul menang, tetapi di parlemen banyak kubu Prabowo di awal tahun," katanya.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini mengingatkan masyarakat Indonesia cenderung melihat figur capres ketimbang nama partai. Ia mencontohkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang bisa menang di Pilpres 2004.

Saat itu, kata Adi, SBY yang diusung oleh Partai Demokrat, sebuah partai baru, bisa mengalahkan Megawati yang notabene didukung PDIP dan beberapa partai lain.

"Namun ya balik kepada tadi, PDIP tetap butuh koalisi di nasional, jangan sampai kadernya apabila menjadi presiden jadi presiden 'minoritas'," ujarnya.

Baca kelanjutan di halaman berikutnya...

Jadi Kesalahan Besar PDIP Jika Tak Koalisi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER