Sebanyak sembilan orang warga Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, yang terindikasi bergabung dengan kelompok Khilafatul Muslimin di Maros menjalani pemeriksaan polisi.
"Iya benar, ada sembilan orang warga dimintai keterangan soal Khilafatul Muslimin," kata Kapolres Sinjai AKBP Rachmat Sumekar kepada CNNIndonesia.com, Kamis (23/6).
Berdasarkan pemeriksaan, sembilan warga itu mengaku sempat mengikuti ajaran Khilafatul Muslimin. Namun, kata Rachmat, saat ini mereka sudah tidak lagi mengikuti kegiatan organisasi itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Kejadian sudah lama. Mereka tidak pernah ikut kegiatan lagi," ujarnya.
Rachmat menduga kegiatan Khilafatul Muslimin yang diikuti sembilan warga di Sinjai ini awalnya berasal dari seorang ustaz yang merupakan bagian dari jaringan Khilafatul Muslimin yang berada di Maros.
"Iya ada ustaz yang menyebarkan di Sinjai, berhubungan dengan yang di Maros. Jadi bukan warga Sinjai yang ke Maros," jelasnya.
Rachmat mengatakan setelah memeriksa sembilan warga itu, penyidik mengimbau agar mereka meninggalkan kegiatan Khilafatul Muslimin.
Sementara itu, sebelumnya Kepala Kementerian Agama Maros Abdul Hafid menyebutkan pimpinan dan para pengajar hingga santri yang berada di Pondok Pesantren Khilafatul Muslimin di Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, didominasi berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Santri sebagian kecil dari Mallawa bagi pendukungnya itu, tapi banyak dari NTB bahkan pembinanya banyak dari sana itu yang dipertanyakan. Karena pimpinannya itu dari luar Maros," kata Hafid kepada CNNIndonesia.com, Selasa (21/6).
Hafid menerangkan, ajaran pola pendidikan kepada para santri diduga kuat mengarah pada ideologi Khilafah yang mereka ingin terapkan di Indonesia. Forkompinda Maros pun menganggap ada penyimpangan.
(mir/tsa)