Cerita Polisi Tembak Polisi Versi Warga: Suara Petasan hingga CCTV

CNN Indonesia
Rabu, 13 Jul 2022 06:18 WIB
Warga sekitar Rumah Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo mengungkapkan soal suara petasan hingga CCTV diganti usai insiden polisi tembak polisi.
Rumah Irjen Pol Ferdy Sambo. (CNN Indonesia/Thohirin)

Tak ada garis polisi di sekitar rumah Ferdy Sambo hingga lima hari setelah insiden baku tembak. Marjuki mengaku tak tahu menahu soal tak adanya garis polisi di lokasi. Sejak insiden kejadian, ia memang tak mendapati garis yang biasa digunakan untuk pembersihan olah TKP itu.

"Kurang tahu masalah itu. Kalau emang nggak ada, nggak ada. Nggak tahu kalau di dalam," kata dia.

Kantor security Kompleks Duren Tiga hanya berjarak 50 meter dari rumah Ferdy. Untuk tidak dikatakan berhadap-hadapan, rumah Ferdy hanya sepelemparan batu ke kantor Marjuki. Antara keduanya hanya dibatasi lapangan basket dan jalan kompleks.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di dalam kantor security itu berisi sejumlah layar CCTV dari beberapa sudut kompleks. Dua di antaranya mengarah ke jalan depan rumah Ferdy Sambo. Selain CCTV, ada pula televisi berukuran 42 inch.

Saat mengaku mendengar suara dari arah rumah, Marjuki tak menaruh curiga lebih jauh. Begitu pula saat tak lama setelah suara tersebut, datang iring-iringan mobil polisi ke rumah Ferdy.

Marjuki mengaku tak mencermati betul di antara mobil-mobil tersebut, apakah di antaranya ada ambulance. Namun, ia memastikan iring-iringan itu berdiam hingga malam di rumah Ferdy Sambo.

"Saya sempet bantuin parkiran. Udah kirain namanya pejabat mungkin ada acara. Abis itu saya masuk lagi. Nonton bola Indonesia Filipina," kata Marjuki.

CCTV Diganti

Marjuki tak mengira beberapa kali suara yang ia dengar dari arah rumah Ferdy Sambo belakangan merupakan suara tembakan. Ia baru menyadari itu tiga hari kemudian lewat siaran berita dan telepon dari Seni Sukarto, pensiunan polisi yang menjadi ketua RT 05 RW 01.

Suara Seno meninggi di ujung telepon. Ia menanyakan kepada Marjuki ramai-ramai di rumah Ferdy pada Jumat sore itu. Baik Seno maupun Marjuki sama-sama tak mengira keramaian kala itu persoalan serius.

"Sedikit marah sih," kata Marjuki sambil terkekeh.

Ditemui di rumahnya, Seno terbilang cukup sepuh. Usianya kini menginjak 87 tahun. Ia berjalan dibantu sebuah walker dan mengenakan alat bantu dengar saat diminta keterangan oleh wartawan.

"Saya lihat di YouTube saya baca, saya sendiri terkejut. Saya sebagai RT kok gak tahu apa-apa. Saya kan ada dua Satpam," kata dia.

Seno mengaku sempat beberapa kali menanyakan kepada satpam terkait ramai-ramai di rumah Sambo dan mengonfirmasi suara petasan. Kepada salah satu satpam, ia bertanya namun dijawab itu acara biasa.

Namun, salah satu satpam yang lain memberitahukan bahwa petugas dari Bareskrim Polri sempat mengganti CCTV dekat rumah Ferdy.

"Satpam lain, bahwa CCTV katanya di situ diganti katanya sama Bareskrim itu laporan Satpam sama saya," kata dia.

Hingga beberapa hari setelah insiden itu, Seno mengaku tak diberitahu apapun soal insiden kejadian. Ia justru menerima informasi itu dari siaran YouTube. Sementara, Marjuki mengaku akan dimintai keterangan sebagai saksi.

"Tapi belum tahu kapan," kata dia.

Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto teranyar menyebut Bharada E masih berstatus sebagai saksi dalam peristiwa penembakan yang menewaskan Brigadir J.

Budhi menyebut sampai saat ini pihaknya belum menemukan bukti untuk bisa meningkatkan status Bharada E menjadi tersangka. "Sampai saat ini kami belum menemukan satu alat bukti pun yang mendukung untuk meningkatkan status dia sebagai tersangka," kata dia.

(thr/dal)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER