Polisi membantah mengganti kamera pengawas atau Closed Circuit Television (CCTV) di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo setelah insiden baku tembak Brigadir J dan Bharada E.
Namun, Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto mengatakan penyidik mengganti decoder CCTV di lingkungan Kompleks Polri di Duren Tiga tempat kediaman Sambo.
"Mungkin yang dimaksud adalah decoder CCTV lingkungan yang ada di pos," kata Budhi saat dihubungi, Rabu (13/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan decoder CCTV tersebut diganti agar CCTV di lingkungan tersebut dapat tetap beroperasi. Sementara CCTV sebelumnya disita polisi.
"Karena yang lama disita penyidik dan agar CCTV di lingkungan komplek aspol (asrama polisi) Duren Tiga tersebut tetap beroperasi maka diganti yang baru," tambah dia.
Heru belum dapat merincikan lebih lanjut mengenai alasan penyitaan decoder CCTV di lingkungan asrama kepolisian tersebut. Ia pun belum menjelaskan mengenai gambar ataupun rekaman yang telah dikantongi oleh penyidik sebagai petunjuk.
Pasalnya, seluruh kamera CCTV di rumah Ferdy Sambo diklaim polisi tak berfungsi saat kejadian penembakan.
Sebagai informasi, Brigadir J tewas dalam baku tembak dengan Bharada E di rumah Sambo. Menurut polisi, Brigadir J ditembak setelah memasuki kamar istri Sambo dan diduga melakukan pelecehan. Dia merupakan sopir istri Sambo.
Ketua RT 05 RW 01 Seni Sukarto mengaku mendapat laporan dari salah satu petugas keamanan di kompleks tersebut bahwa polisi sempat mengganti CCTV di sekitar rumah Irjen Ferdy Sambo.
"Waktu ditanya pun katanya itu acara biasa. Kamu tenang aja di pos aja. Itu kata Satpam satu. Satpam lain, bahwa CCTV katanya di situ diganti katanya sama Bareskrim itu laporan Satpam sama saya," kata Seni.
Warga sekitar, kata dia, tak mengetahui secara gamblang jika terjadi baku tembak di rumah pejabat polisi itu pekan lalu.
Salah satu petugas keamanan Kompleks Polri Duren Tiga, Marjuki tak menghiraukan keramaian di rumah Ferdy sejak sore usai terdengar suara letupan senjata hingga malam harinya.
Meski di kantornya terpampang beberapa layar CCTV Kompleks Duren 3, ia cuek pada keramaian di rumah Ferdy. Saat terdengar suara letupan, ia menganggap suara tersebut hanya anak-anak yang sedang bermain petasan.
Marjuki baru menyadari suara yang ia kira petasan sebetulnya suara senjata tiga hari setelahnya. Ia mendapat telepon dari RT telah terjadi aksi baku tembak yang menewaskan Brigadir J di rumah Ferdy Sambo.
(mjo/tsa)