Warga Wadas, Jawa Tengah, yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (GEMPADEWA) melakukan aksi bisu keliling Desa Wadas, Kamis (14/7).
Salah satu warga Wadas, SW, mengatakan aksi itu dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap segala aktivitas rencana pertambangan batu andesit di kawasan tempat tinggalnya.
"Termasuk aktivitas inventarisasi yang dilakukan di Wadas dari tanggal 12-15 Juli 2022," kata SW dalam keterangan tertulis, Jumat (15/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SW mengatakan aksi bisu dilakukan warga Wadas dengan atribut menutup mulut menggunakan lakban dan bertopi besek.
Selain itu, warga juga membawa poster perlawanan serta membawa bibit tanaman durian dan rambutan saat berkeliling desa.
"Membawa bibit tanaman merupakan simbol konsistensi dalam menjaga kelestarian alam Desa Wadas," ucapnya.
Ia juga menjelaskan soal besek yang mereka kenakan. SW menyebut itu adalah simbol tradisi perempuan penganyam besek yang bakal punah dengan adanya penambangan.
Sementara itu, aksi menutup mulut dengan lakban merupakan simbol warga yang telah kehabisan kata-kata kepada pemerintah, karena suara mereka tak pernah didengarkan.
Warga juga menempelkan uang di mulut mereka sebagai simbol bahwa kerusakan alam Desa Wadas tidak bisa tergantikan oleh uang miliaran rupiah.
"Warga Desa Wadas tetap melawan dan tetap menolak rencana pertambangan Quary di Desa Wadas," ucapnya.
Sebagai informasi, Badan Pertanahan Negara (BPN) kembali melanjutkan pengukuran lahan untuk tambang batu andesit di Wadas, Jawa Tengah mulai Selasa (12/7). Nantinya, hasil tambang itu digunakan sebagai bahan material proyek strategis nasional (PSN) Bendungan Bener.
Warga sudah beberapa kali menyampaikan penolakan terhadap rencana pemerintah itu. Namun, penolakan warga kerap berujung pada kekerasan dari aparat kepolisian.
(yla/tsa)