Banjir melanda delapan kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Sabtu (16/7). Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun warga sangat membutuhkan bantuan makanan dan air bersih.
Bupati Garut Rudy Gunawan, dan Wakil Bupati (Wabup) Garut terjun langsung melakukan pengecekan kondisi lokasi banjir di daerah perkotaan Garut, Sabtu (16/7).
Rudy menyampaikan, banjir diperkirakan akibat tingginya intensitas hujan yang terjadi sejak Jumat (15/7) sore. Hal itu berakibat meluapnya beberapa sungai seperti Sungai Cipeujeuh, Cimanuk, Ciwalen, dan Cikendi, sehingga masuk dan merendam permukiman di perkotaan Garut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang terdampak yang ada itu delapan kecamatan, tetapi tidak seperti yang digambarkan ya, tetap kita melakukan langkah cepat dari malam saya melakukan (instruksi untuk) evakuasi (dan) Alhamdulillah tidak ada korban jiwa," kata Rudy, Sabtu (16/7).
Rudy mengaku pihaknya melakukan instruksi pembersihan dengan memberikan cash for work kepada warga yang terdampak bencana banjir ini.
"Kalau yang biasa-biasa saya kasih Rp500 ribu per rumah dibersihkan oleh mereka sendiri istilahnya itu cash for work, yang agak berat Rp1 juta kalau ada yang roboh yang hilang itu kami akan diganti, karena keuangan kami di BTT cukup untuk memberikan pertolongan kepada masyarakat Garut yang kena bencana ini," cetusnya.
Sementara itu, Wabup Garut Helmi Buriman yang meninjau secara langsung lokasi banjir di daerah Dayeuhhandap, Kecamatan Garut Kota, menuturkan saat ini makanan dan air bersih menjadi hal yang dibutuhkan oleh warga.
Ia juga mengapresiasi warga sekitar yang telah membantu tetangganya yang terdampak banjir di daerah tersebut.
"Alhamdulillah, saya ucapkan terima kasih warga di sini yang dari tetangganya yang sudah bantu. Kemudian juga masyarakat di sini langsung bikin dapur umum, dan ada permintaan untuk dibikin dapur umum di sini, Insya Allah di sini ada tanahnya, kita (akan) bikin dapur umum," tuturnya.
Di Dayeuhhandap, Helmi mengatakan, ada sekitar tujuh rumah yang mengalami rusak berat dan harus mengungsi di rumahnya.
"Kalau pengungsi itu yang di sini yang paling banyak di Dayeuhhandap, ada 40 KK, rumah yang rusak parahnya tujuh, yang lain ya terendam lah gitu tapi terancam, di sini kan karena ini kan ketinggiannya 2,5 meter dari tanah, ini yang terkena banjirnya," ujarnya.
(hyg/isn)