LIPUTAN KHUSUS

Cerita Sebiji Pala: Petaka untuk Banda Neira, Cuan VOC di Eropa

CNN Indonesia
Senin, 15 Agu 2022 11:24 WIB
Buah Pala, rempah yang jadi primadone Eropa hingga abad ke-19. Mengundang bangsa asing datang menjarah dan menjajah. (cnnindonesia/safirmakki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pala, bahasa latinnya Myristica fragrans. Melegenda, tersohor. Menjadi magnet kegandrungan para pencari rempah hingga akhir abad ke-19. Tanaman endemik timur Indonesia diklaim sebagai jenis rempah raja. Berderet dengan cengkih dan cendana.

Kala pelayar Eropa saling berperang di Samudera, Pala tumbuh subur di Banda.

"Jika berbicara keberadaan Pala di Banda, kita berbicara dua sisi mata uang, petaka dan berkah tak terpisahkan," ujar tokoh pemuda Kepulauan Banda, Isra Prasetya.

Dunia mengakui bahwa Pala membuat VOC menjadi perusahaan terkaya di dunia di masanya. Farid mengatakan kekayaan yang dikeruk VOC dilakukan dengan menghancurkan Banda.

"Dalam arti hak-hak orang Banda selesai. Mereka (VOC) menjadi kaya meski dengan cara yang tidak baik. Kita lihat hasilnya, VOC pun hancur dengan tidak baik. Korup dan kolaps," ujar Farid menegaskan.

Sejarawan kuliner Michael Krondl menyatakan bahwa Pala menjadi salah satu kisah paling menyedihkan dalam sejarah. Salah satunya, kisah mengerikan tentang penjajah Belanda menyiksa dan membantai penduduk Kepulauan Banda, daerah penghasil pala di bumi Nusantara.

Simak Video Liputan Tim CNN Indonesia ke Banda Neira di bawah:

Genosida pada 1621

Depopulasi Banda mencapai puncaknya, usai 14 ribu rakyat Banda dibantai. Usai tragedi itu, VOC membagi-bagi tanah di Kepulauan Banda menjadi 68 perkebunan, dikenal sebagai Perk. Masing-masing perkebunan dikuasai seorang perkenier. Puluhan budak dikirim ke masing-masing perkebunan. VOC menghancurkan pohon-pohon di luar zona perkebunan.

Kala itu, siapapun yang tertangkap menanam bibit pala atau membawa benih tanpa izin dihukum berat. Semua pala yang diekspor ditutup dengan kapur untuk memastikan tidak ada kemungkinan benih subur yang dapat ditanam di tempat lain saat akan meninggalkan pulau. Hukuman mati menanti bagi siapa saja pengkhianat.

Monopoli Pala dikokohkan dengan pendekatan militer oleh VOC. Ribuan serdadu menjaga Banda. Belasan benteng pertahanan didirikan.

  1. Benteng Belgica, Pulau Naira 1611
  2. Benteng Nassau, Pulau Naira 1609
  3. Benteng Hollandia, Pulau Banda Besar 1624
  4. Benteng Revenge, Pulau Ai 1611
  5. Benteng Concordia, Pulau Banda Besar 1630
  6. Benteng Culenburg, Pulau Banda Besar 1638
  7. Benteng De Post, Pulau Naira
  8. Benteng Calombo, Pulau Gunung Api 1664
  9. Benteng De Pot, Pulau Gunung Api 1664
  10. Benteng De Morgenster, Pulau Banda Besar 1626
  11. Benteng Lakui, Pulau Banda Besar
  12. Benteng Ourien, Pulau Banda Besar 1624
Sisa runtuhan Benteng Hollandia yang berada di wilayah Banda Besar, Maluku Tengah. CNN Indonesia/Safir Makki

Keuntungan Belanda

Dokumen dari kastil Batavia mencatat VOC memproduksi sekitar 3.000 ton pala setiap tahun. Diangkut dengan kapal untuk didistribusikan kepada kelompok kelas atas Eropa.

Pada akhir abad ke-16 harga Pala dibeli dengan nilai 1 ½ stuiver (7,5 sen) per 1 pon atau ½ kilogram. Ratusan persen cuan dikeruk VOC saat Pala Dijual ke Eropa dengan harga 61 stuiver (305 sen) per pon atau ½ kilogram. (keuntungan 600 persen).

Pada abad ke-17 harga Pala kian meroket. Diangkut Belanda dengan harga 2,6 stuiver (13 sen) per kilogram. Sementara itu Belanda menjual ke sejumlah negara Eropa seharga 150 stuiver (750 sen) per kilogram. Pada abad ke-18 penjualan Pala lebih rigid terdata.

Pekerja perkebunan Pala di abad ke-18. (Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen)

Pada periode kepemimpinan Reinier de Klerk kala menjadi Gubernur Banda pada periode 1748-1753, dia membeberkan jumlah modal dan keuntungan yang didapatkan dari perdagangan pala di Banda Neira setiap tahunnya.

Transaksi Pala di Amsterdam menjabarkan bahwa 100 kilogram pala dengan harga beli di Banda senilai 150 stuiver, dijual dengan harga f 750.000. Sementara itu 50 kilogram pala kualitas kedua yang dibeli dengan harga 3,12 stuvier, mampu dijual dengan harga f 280.00. Dalam satu tahun, Klerk mencatatkan total pendapatan: f 1.800.000.

Benteng Belgica di Banda Neira, jejak penjajah Belanda yang mencari rempah di Indonesia. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Isra mengatakan berdasarkan cerita yang turun temurun didapatkan masyarakat Banda, genosida yang dilakukan VOC terhadap masyarakat Banda juga membawa keterpurukan terhadap kualitas Pala. Tak lebih dari setahun pascapembantaian, kata dia, Coen pada Maret 1622 kembali memburu orang-orang Banda yang berpencar.

"Setidaknya terdapat dua kali ekspedisi membawa orang Banda, ada kebanyakan perempuan dan anak-anak untuk kembali ke Banda. Karena mereka (VOC) tidak paham bagaimana mengelola pala," ujar dia.

Monopoli VOC berjalan menuju titik akhir ketika 1778 ketika Gunung Api Banda meletus dan memusnahkan separuh kebun Pala di sana. Guncangan perekonomian VOC, ditambah temuan banyak korupsi pejabat, menggoda Inggris kembali datang ke Banda dan berupaya merebut kekuasaan dari Belanda.

Sempat dalam penguasaan Inggris, Banda dikembalikan ke Belanda pada 1817. Kendati begitu, selama di sana, Inggris memindahkan ratusan bibit pala, bersama dengan tanah asli, dan mengangkut keduanya ke perkebunan di Sri Lanka, Pinang, Bencoolen, dan Singapura.

Inggris juga menyebar ratusan bibit pala ke perkebunan di sejumlah negara Asia Selatan. Sejak saat itu Pala tak lagi jadi barang istimewa yang cuma dimiliki Banda.

Perkebunan Pala di Kepulauan Banda tempo dulu. (Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen)

(khr/ain/ain)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK