Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa membantah partainya mengalami keretakan setelah tiga pimpinan majelis PPP mendesaknya mundur.
Suharso menilai tuntutan itu hanya bentuk kesalahpahaman. Dia menilai tiga orang pimpinan majelis itu salah memahami konteks pernyataan soal amplop kiai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oh enggak, enggak (konflik internal PPP), saya kira. Ini kan saya cuma menerimanya sebagai sebuah kesalahpahaman saja," kata Suharso saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (25/8).
Suharso menjelaskan ia tak bermaksud menghina ulama dengan pidato mengenai amplop kiai. Dia berkata pernyataan itu merujuk pada peringatan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron.
Menurut Suharso, Ghufron telah mengingatkan agar PPP tidak selalu berorientasi kepada uang dalam berpolitik. Karena setuju dengan pendapat itu, Suharso pun menyampaikan pernyataan mengenai amplop kiai.
"Aneh kalau saya tidak memberikan mendukung dan tidak menerima apa yang disampaikan Pak Nurul Ghufron, apalagi ini dalam rangka edukasi untuk membangun budaya antikorupsi," ujarnya.
Suharso menyesalkan ada pihak yang memotong video pidato tentang amplop kiai dan memviralkannya. Dia berkata telah sowan ke sejumlah ulama untuk menjelaskan maksud pidato itu.
Sebelumnya, beredar surat dari tiga majelis PPP mendesak Suharso Monoarfa mundur dari jabatan Ketua Umum PPP. Desakan itu menyusul polemik pidato Suharso di KPK.
"Sebanyak tiga majelis di DPP PPP menyatakan bahwa demonstrasi seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya dalam perjalanan sejarah PPP, dan telah menurunkan marwah PPP sebagai partai politik Islam," dikutip dari salinan surat yang dikonfirmasi Ketua Majelis Kehormatan DPP PPP Zarkasih Nur, Selasa (23/8).
(dhf/pmg)