Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan sopir truk yang terlibat kecelakaan maut di depan SD Negeri Kota Baru II dan III Kota Bekasi, Jawa Barat sempat bingung lantaran salah jalan.
Senior KNKT Ahmad Wildan menjelaskan bahwa sopir tersebut berencana ke Surabaya, Jawa Timur dari arah Narogong. Sopir mestinya masuk ke Tol Bekasi Barat namun justru masuk ke Kranji.
"Akhirnya [sopir] mengaku tidak mengantuk tapi bingung, salah jalan, bawa muatan berat, melalui jalan yang ramai, mau cari tempat putar enggak paham jalan, pada akhirnya dia mengalami penurunan kewaspadaan (lost of situation awareness)," ujar Ahmad saat dihubungi, Kamis (1/9) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurunnya kewaspadaan sopir itu, kata Ahmad, menjadi penyebab kecelakaan maut pada Rabu (31/8).
Lihat Juga : |
Alih-alih menggunakan gigi rendah saat melintasi jalan menurun, sopir malah menggunakan gigi tujuh.
"Dia posisi lagi cari tempat berputar, mau gigi tiga malah masuk gigi tujuh. Salah pindahin gigi kata dia," ujarnya.
Ahmad mengatakan hal tersebut membuat sopir sulit mengerem sementara muatan yang dibawa mencapai 55 ton.
Menurutnya, pengereman tidak mampu mengakomodasi besarnya energi kinetik yang dihasilkan dari muatan sebesar 55 ton dengan menggunakan gigi tujuh di jalan menurun.
"Saya tanya ada masalah di dalam pengereman, dia bilang bisa ngerem. Tapi enggak pakem karena beratnya terlalu berlebihan terus pakai gigi tujuh," kata Ahmad.
Sebelumnya, truk trailer yang membawa muatan berupa besi beton itu menabrak sebuah tower pemancar sinyal di depan SD Negeri Kota Baru II dan III, Jalan Sultan Agung, Kota Bekasi.
Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Hengki menyatakan korban tewas dalam kecelakaan maut tersebut berjumlah 10 orang. Empat di antaranya berusia 8-13 tahun. Kecelakaan juga menyebabkan 23 orang mengalami luka-luka.
"Ada empat siswa yang meninggal dunia dan 18 luka-luka. Sementara yang dewasa ada enam orang (meninggal), luka-luka ada lima orang. Itu udah valid datanya," kata Hengki.
(lna/ain)