Wali Kelas 5A SD Negeri III Kota Baru Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi bernama Yati mengaku dua anak didiknya menjadi korban tewas dalam kecelakaan maut tersebut. Salah satunya adalah Abdul Muis Al Habsi (11).
Menurut Yati, Abdul adalah sosok anak yang punya semangat belajar tinggi. Abdul tak pernah mengeluh meski tidak memahami topik pelajaran. Ia malah berinisiatif untuk bertanya ke depan.
"Dia semangat kalau pelajaran matematika. Walaupun kadang ada yang tidak mengerti juga tidak pantang menyerah. Dia tanya ke depan 'caranya gimana, Bu?'," kata Yati saat ditemui di ruang guru SD Negeri III Kota Baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Yati menyebut Abdul juga sosok yang mandiri dan penurut. Abdul juga dinilai sebagai siswa yang penuh perhatian kepada guru serta tak pernah berkata kasar kepada temannya.
"Kalau istirahat dia suka nanya 'Ibu udah makan belum?'. Kadang dia bawa bekal dan bilang 'Ini buat Ibu,' Pernah bawa bekal roti dan dikasih ke saya satu. Kata saya 'Udah, buat kamu aja, Ibu Guru udah punya,' dijawab 'Enggak bu, emang sengaja bawa buat ibu,' Roti selai gitu," tuturnya.
Yati pun mengatakan Abdul sangat menyayangi sang adik laki-laki yang sekolah di tempat yang sama. Adiknya duduk di bangku kelas 1 SD.
Saat ada pembagian susu, Abdul sengaja tak minum karena takut adiknya tidak kebagian.
"Keliatan banget sayang sama adiknya. Waktu ada pembagian produk susu dia sengaja gak minum karena katanya buat adiknya. Dia mau minum setelah tahu adiknya dapat juga," kenang Yati sambil menangis.
Ia bercerita kecelakaan maut itu terjadi begitu cepat. Yati mengatakan anak-anak yang selamat menangis di dalam kelas karena syok dan ketakutan.
Mereka menunggu kedatangan orang tua agar dapat segara pulang. Badan Yati terasa gemetar di tengah situasi itu. Para orang tua yang menjemput anaknya pun ikut menangis.
Paman Abdul, Syarif, datang ke sekolah dan tampak diam memandang tumpukan puing-puing bekas kecelakaan yang merenggut nyawa keponakannya. Ia mengenang Abdul sebagai anak yang baik dan sopan.
"Abdul anak yang baik. Sama orang tua juga sopan," kata Syarif.
Setiap hari, lanjut Syarif, Abdul dan sang adik diantar jemput oleh sang kakek menggunakan sepeda motor.
Di lokasi, tumpukan puing-puing kecelakaan ditaburi bunga. Wangi pandan yang khas tercium kuat hingga melewati area gerbang.
Banyak barang yang terlihat di sana, mulai dari gerobak, panci, hingga sepatu hitam anak sekolah.
Warga juga tampak datang silih berganti melihat tumpukan itu. Bincang-bincang warga yang saling bercerita kecelakaan maut itu pun masih terdengar di sekitar lingkungan sekolah.
(pop/tsa)