Penganiayaan Santri Gontor Dipicu Pinjaman Alat Kemah yang Hilang

CNN Indonesia
Rabu, 07 Sep 2022 18:54 WIB
Diduga pelaku menganiaya korban hingga tewas akibat kesal karena hilangnya beberapa alat perkemahan yang dipinjam korban.
Pihak keluarga santri almarhum AM (17) didampingi pengacara memberikan keterangan kepada wartawan ihwal Ponpes Darussalam Gontor yang sempat menulis anak mereka wafat karena sakit di surat keterangan kematian, Palembang, Selasa (6/9/2022). (CNN Indonesia/Hafidz)
Jakarta, CNN Indonesia --

Motif tewasnya seorang santri Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, AM (17) mulai terungkap. Diduga pelaku menganiaya korban hingga tewas akibat kesal karena hilangnya beberapa alat perkemahan.

Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono Wibowo mengatakan berdasarkan pemeriksaan sementara, motif penganiayaan itu didasari oleh rasa kesal pelaku terhadap korban karena ada sejumlah alat perkemahan yang hilang.

"Sementara masih karena ada salah paham kekurangan alat [perkemahan] tadi," kata Catur, Rabu (7/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, ia masih belum bisa membeberkan motifnya secara detail. Polisi, kata dia, terus mendalami kejadian itu serta memeriksa sejumlah saksi.

Tak hanya itu, polisi juga sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan pra rekonstruksi di dalam lingkungan Pondok Gontor.

Dari olah TKP itu polisi mendapatkan sejumlah barang bukti. Salah satunya berupa pentungan yang diduga digunakan pelaku untuk menganiaya korban.

Terpisah, Juru Bicara Pondok Gontor, Noor Syahid membenarkan motif penganiayaan itu adalah rasa kesal pelaku kepada korban. AM dianggap lalai dalam menggelar acara Perkemahan Kamis-Jumat (Perkajum).

"Berawal dari acara rutin Pondok Gontor. Setiap akhir pekan pondok yaitu Kamis -Jumat, itu santri diadakan perkemahan Perkajum, dan ananda korban ini ditunjuk menjadi ketua panitia," kata Noor, kepada CNNIndonesia.com.

Korban AM, kata dia, adalah santri yang ditunjuk sebagai ketua panitia Perkajum di Gontor. Saat itu acara berjalan lancar.

Namun masalah baru terjadi dua hari berselang. Sejumlah barang yang dipinjam AM sebagai panitia Perkajum dari organisasi kepramukaan, ternyata tak kembali secara lengkap. Ada beberapa perlengkapan yang diduga hilang.

"Hari Senin (22/8) pagi waktunya diperiksa barang-barang yang dibawa [panitia] dari koordinator pramuka atau ankuperkap, yang dibawa ke tempat perkemahan itu yang belum kembali," ujarnya.

Senior korban pun tak terima. Ia kemudian mencecar AM. Di situlah, kata Noor, penganiayaan maut itu terjadi.

"Ternyata pagi itu pengecekan barang-barang tersebut tampaknya ada kekurangan, jadi mungkin kemudian terjadi [cekcok] kemana barang-barang itu kok belum ada, itu kemudian terjadi penganiayaan," ucapnya.

Noor menyebut, pelaku dugaan penganiayaan itu adalah dua orang senior korban yang saat ini duduk di kelas enam atau setara kelas XII SMA. Sementara korban sendiri merupakan santri satu tingkat di bawahnya.

"Pelakunya kakak kelas, disini menjadi penanggung jawab kegiatan pramuka di pondok," ujarnya.

Tak butuh waktu lama, pihak pondok langsung menindak para terduga pelaku penganiayaan itu. Mereka langsung dikeluarkan dan dipulangkan dari pesantren pada Senin (22/8).

"Pelaku dua orang. Dan langsung tidak sampai satu jam [setelah AM wafat], surat pemberhentian, surat pemulangan, surat pengusiran langsung kami buat dan mereka langsung dipulangkan," ucapnya.

Seperti diketahui, kasus kematian santri Pondok pesantren Gontor terkuak ketika orang tua korban mengadu ke advokat Hotman Paris Hutapea.

Soimah, selaku orang tua santri yang wafat mengaku kecewa dengan pihak pesantren sehingga memutuskan untuk meminta bantuan pengacara kondang itu.

Mulanya, Soimah mendapat informasi dari pesantren bahwa kematian anaknya karena jatuh kelelahan saat mengikuti Perkemahan Kamis-Jumat.

Namun saat keluarga meminta kain kafan yang menutup AM dibuka, tampak beberapa luka lebam akibat kekerasan terlihat di sekujur tubuh korban.

"Amarah tak terbendung, kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima," kata Soimah.

(frd/isn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER