Upaya Pemprov DKI Kendalikan Banjir Lewat Sistem Kontrol Canggih
Banjir menjadi salah satu masalah utama di DKI Jakarta sejak bertahun-tahun lalu. Berbagai upaya pun dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menangani permasalahan Ibu Kota satu itu.
Selama ini sistem pengendalian banjir seperti pemantauan arus sungai dan tinggi permukaan sungai masih dilakukan berdasarkan pengamatan manual. Alhasil pemantauan pun terbatas, serta alur koordinasi yang panjang.
Seiring waktu dan makin majunya teknologi, Pemprov DKI belum lama ini menghadirkan Flood Control System atau sistem pengendali banjir. Sistem dengan kecanggihan Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI) ini dibuat khusus untuk memantau dan menangani banjir di Jakarta.
Sistem ini dikembangkan berkat kerja kolaborasi Jakarta Smart City dengan Dinas Sumber Daya Air (DSDA) Provinsi DKI Jakarta untuk mengoptimalkan penanganan risiko banjir di Ibu Kota.
Flood Control System ini akan mengumpulkan data historis berupa level air, getaran, suhu, serta CCTV yang bersumber dari sensor dan Internet of Things (IoT). Sensor tersebut terpasang di 178 rumah pompa dan pintu air di Jakarta.
Data yang masuk dari sensor akan dianalisis untuk menghasilkan visualisasi informasi mengenai kondisi, potensi, serta prediksi terkait banjir di Jakarta. Data ini juga dapat menjadi landasan bagi para pemangku kepentingan dalam merancang kebijakan berbasis data agar penanganan banjir di Jakarta menjadi lebih efektif dan efisien.
Berkat inovasi sistem pengendali banjir ini, Pemprov DKI menyabet dua penghargaan pada Juni lalu. Yakni, juara pertama ITU WSIS Prizes 2022 kategori e-Science dan Juara pertama IDC Smart City Asia Pacific Awards 2022 kategori Public Safety.
"Alhamdulillah, sesudah memenangkan WSIS Prizes minggu lalu di Jenewa, kini Flood Control System @DKIJakarta kembali mendapat pengakuan sebagai salah satu pemenang dalam IDC Smart City Asia Pacific Awards," kata Anies di akun Instagramnya, Jumat (10/6).
Anies menambahkan, Jakarta menjadi juara karena membawa inovasi sistem pengendalian banjir yang canggih. Sistem ini membantu prediksi potensi banjir yang kemudian mengoptimalkan pengendalian ketika banjir terjadi.
Sistem ini berfungsi sebagai manajemen pengetahuan dalam pengendalian banjir. Pengetahuan dan pengalaman para petugas dikumpulkan ke dalam sistem informasi ini, sehingga mempermudah dan mempercepat pengambilan keputusan dalam pengendalian banjir oleh pemangku kepentingan.
Anies menjelaskan, sistem pengendali banjir ini memiliki tiga aspek dalam mekanisme kerjanya, yaitu sensing (mendeteksi), understanding (memahami), acting (bertindak).
Sebagai informasi, dalam ajang WSIS atau World Summit on the Information Society, Pemprov DKI mengungguli 4 finalis lain yang semuanya bukan pemerintah, melainkan perusahaan swasta, laboratorium, dan universitas.
Keempat finalis itu, yakni ZTE Corporation dari Tiongkok, Biomedical Neuroscience Insititut dari Universitas Chili, Artificial Intelligence Laboratory dari Universitas Udinese di Italia, dan Universitas Putri Nora binti Abdul Rahman dari Arab Saudi.
(osc)