Cemaran dan Aktivitas Suram Sungai Batanghari

CNN Indonesia
Sabtu, 17 Sep 2022 16:11 WIB
Cerita tentang Sungai Batanghari yang begitu jernih tak meninggalkan sedikitpun jejak masa lalu. Kini sungai itu perlahan menjadi racun bagi masyarakat.
Sejumlah orang menggunakan pakaian adat Minang dan Melayu di Arung Pamalayu, 24 Agustus 2022. (CNN Indonesia/Sonya Andomo)

Pada zaman itu di Swarnabhumi atau yang kini disebut Pulau Sumatera, jalan raya adalah sungai-sungai dan lautan yang menjadi gelanggangnya. Masa-masa ketika sungai tidak sekadar transportasi, melainkan fungsi profan atau ekosistem kehidupan seluruh manusia sekaligus fungsi religius.

Sejarawan dari Universitas Andalas, Gusti Asnan menyebut Sungai Batanghari termasuk ke dalam Rantau nan Tujuah Jurai atau daerah rantau orang Minangkabau sebagai jalur transportasi dan perdagangan.

"Selain Sungai Batanghari, ada beberapa sungai penting lainnya dalam perkembangan politik, sosial dan budaya, seperti Sungai Rokan, Indragiri atau Kuantan, Kampar dan Batanghari. Namun Batanghari menjadi istimewa karena temuan-temuan sejarah klasik tentang Sumatera lebih banyak ditemukan di sana sejak dari hulu hingga ke hilir," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penulis Buku Sungai & Sejarah Sumatra itu mengatakan penemuan benda bersejarah itu seperti Candi Muara Jambi, Candi Roco dan Candi Pulau Sawah. Kemudian, di sepanjang aliran sungai Batanghari juga melalui sebuah Kawasan dengan penduduk banyak dengan penghasil komoditas terbaik dunia, seperti emas, perak, dan jenis logam berharga lainnya.

Guna membawa hasil bumi tersebut, jalur sungai merupakan jalur paling memungkinkan dan lazim ketika itu untuk ditempuh. Bahkan hal itu, menurutnya sudah tercatat sejak abad ke-6.

Alasan inilah yang menjadi penguat bahwa Kawasan Sungai Batanghari sebagai hal vital pusat peradaban tempo dulu. Sebuah peradaban yang mengarah ke sebuah tempat yang dikenal dengan Dharmasraya.

Festival Pamalayu

Edisi kedua Festival Pamalayu Kenduri Swarnabhumi pada 18-24 September mengangkat tema Keselarasan Alam Raya yang didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah.

Hilmar Farid menyebut pemerintah sudah sepakat dengan adanya pemulihan revitalisasi sungai dengan jalan budaya di sepanjang aliran Sungai Batangahari.

"Untuk kali ini, kita bekerja pakai hati, tidak hanya sekadar proyek-proyekan, dan angka-angka," kata Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid saat menghadiri penutupan Festival Pamalayu di Dharmasraya pada 23 Agustus 2022.

Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan menyebut Festival Pamalayu bertujuan untuk dapat merawat sejarah kebudayaan masa lalu dan memulihkan kembali fungsi sungai Batanghari seperti sediakala.

Menurutnya cagar budaya yang berada di sepanjang sungai masih menyimpan ribuan misteri tentang kejayaan masa silam. Oleh karena itu, terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan, salah satunya yaitu mengobati atau memulihkan Sungai Batanghari.

"Belajar kepada peradaban,mengenal sejarah dan asal usul kebudayaan, sehingga dapat membangun daerah yang lebih baik untuk anak cucu," jelasnya.

Sebanyak sembilan daerah di sehiliran sungai Batanghari yang termasuk ke dalam Provinsi Sumbar dan Jambi ikut merayakan Kenduri Swarnabhumi.

"Festival Pamalayu, Festival Negeri Pamuncak, Festival Bumi, Festival Tapa Malenggang, Festival Tudung Lingkup, Festival Batanghari, Festival Lek Anak Negeri, Festival Lapik Semendo, dan Festival Renjana Swarnadwipa, dan Kenduri Lawang Suwarnabhumi," merupakan nama-nama festival yang digelar di sepanjang aliran sungai Batanghari.

Tak Ada Hasil Berarti

Warga desa Siguntur mengakui bahwa festival Pamalayu mendatangkan banyak manfaat, salah satunya yaitu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Lalu, orang-orang menjadi mengetahui sejarah desanya secara baik.

"Namun, jika Festival Pamalayu berfokus kepada proses penjernihan Kembali Sungai Batanghari, tentu hasil itu belum ada," jelas warga yang tidak ingin disebutkan namanya itu.

Ia menyebut meskipun festival sudah dua kali diadakan, namun warna sungai tidak berubah, masih tetap berwarna coklat dan keruh.

"Sebagaimana kita tau, penyebab utama keruhnya air sungai yaitu adanya tambang emas secara besar-besaran yang dilakukan disepanjang daerah aliran sungai," katanya.

Kemungkinan paling besar warna air sungai berubah menjadi agak lebih jernih, katanya pada saat hari raya Idul Fitri. Sebab, semua orang berhenti untuk melakukan penambangan dan pengerukan sungai.

"Sehari dua hari itu jernih, karena semua orang berhenti bekerja," katanya.

Sehingga, meskipun festival sudah dua kali dilakukan, namun air sungai masih saja tidak jernih.

"Mungkin tahapannya dalam jangka panjang baru terlihat," tegasnya.

Pengamat Daerah Aliran Sungai Universitas Andalas, Isril Bert mengatakan sungai Batanghari yang berhulu di Solok Selatan itu tercemar oleh aktivitas tambang emas yang jelas merusak lingkungan.

"Penggalian tanah, pencucian emas dengan air raksa karena dilakukan secara manual yang menghasilkan residu dan mengalir ke sungai yang dapat merusak biota dan ekosistem sungai," katanya.

Menurutnya, langkah tepat yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu harus menghentikan segala praktek yang dapat berdampak buruk kepada biota sungai.

"Penghentian itu dapat dilaksanakan dengan menggunakan Perda yang jelas," sebutnya.

Selain aktivitas tambang emas, alih fungsi lahan, ilegal logging dan dan alih fungsi hutan juga menjadi penyebab adanya bencana di sekitaran Sungai Batanghari.

"Debit air Batanghari fluktuatif, sehingga pada saat musim kemarau Sungai Batanghari airnya bisa down sedangkan pada musim hujan , volumenya bisa tidak terbatas. Sehingga, solusinya harus dilakukan reboisasi untuk menjaga volume sungai dan tidak menyebabkan bencana alam," jelasnya.

Isril mengatakan Festival itu tidak serta merta dapat membuat sungai kembali jernih, apalagi tidak ada peraturan yang tegas akan semua penyebab keruhnya air sungai.

"Masyarakat kan sudah cerdas, jadi tidak perlu lagi (festival) itu. Cukup jangan ada tambang, jangan ada alih fungsi lahan, illegal logging, dan kemudian ada Perda yang jelas, dan kemudian masyarakat diberikan edukasi yang baik itu merupakan solusi yang tepat," jelasnya.

(nya/ain)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER