Sistem baru Transjakarta yang mewajibkan penumpang menempelkan kartu saat masuk dan keluar (tap in-tap out) dan satu orang satu kartu menuai protes dari warga.
Sebab, perubahan sistem ini mengakibatkan antrean panjang calon penumpang di sejumlah halte, saldo kartu terpotong dua kali, hingga kartu terblokir.
Wartawan CNNIndonesia.com ikut menjajal sistem baru ini. Saat dicek, saldo kartu terpotong dua kali dalam satu perjalanan, yakni saat tap in dan tap out.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga pun ramai-ramai menyampaikan protes kepada pihak PT Transjakarta.
Nabila Ananda (21), seorang pegawai swasta, mengeluhkan penumpukan penumpang saat tap out karena halte berukuran kecil. Kepada CNNIndonesia.com, Kamis (5/10), Nabila mengaku tak mendapatkan pemberitahuan apapun dari pihak Transjakarta meski setiap hari menggunakan Transjakarta untuk mobilitas pulang-pergi kerja.
Penumpukan penumpang terparah, kata Nabila, terjadi di Halte Gatot Subroto Jamsostek. Menurutnya, halte tersebut sangat sempit dan hanya ada satu mesin tempel kartu.
"Aku ngerasain penumpukan di halte itu pada saat transit di halte Karet dan halte Gatot Subroto Jamsostek. Tapi yang terparah itu penumpukan di halte Gatot Subroto Jamsostek. Karena antreannya benar-benar mengular dari bawah tangga halte, nunggu untuk masuk halte aja sampai 2 jam sendiri," ujar Nabila.
Nabila mengatakan sebaiknya sistem baru tersebut dibatalkan. Sebab infrastruktur Transjakarta, seperti ukuran halte dan jumlah mesin, tidak menunjang untuk penerapan sistem baru tersebut.
Menurut Nabila, sistem baru itu tidak terlalu perlu karena Transjakarta menerapkan kebijakan satu tarif.
"Jadi agak bertanya-tanya juga sih, sistem baru ini tujuannya untuk apa. Menurutku [sistem baru] langsung dibatalkan sih, karena fasilitas di lapangan aja enggak menunjang," tuturnya.
Senada, Linda (23) menilai sistem baru Transjakarta kurang efisien dan justru menghambat operasional Transjakarta. Ia mengatakan hal ini juga merugikan penumpang yang harus antre panjang.
Selain itu, Linda juga menyoroti soal pemblokiran kartu jika penumpang tidak melakukan tap out saat tiba di halte tujuan. Menurut dia, petugas Transjakarta tidak mengingatkan penumpang.
"Jujur agak ngerepotin. Karena ada beberapa staf Transjakarta yang jaga pintu kurang komunikatif. Jadi mereka enggak ngingetin penumpang kalo harus nge-tap pas keluar. Dan mereka yang turun karena enggak tau-tau apa-apa jadi keblokir gitu aja," katanya.
Meski dapat kartu bisa di-reset, menurut Linda, terblokirnya kartu tetap menimbulkan kepanikan sejumlah penumpang.
Shintya Anya Maharani (24) pun mengeluhkan hal serupa. Ia mengatakan sering membantu orang lain yang kerap naik Transjakarta tetapi tidak memiliki kartu atau kurang saldo.
Namun, karena kebijakan baru ini, maka penumpang yang tidak punya kartu tidak bisa naik bus Transjakarta. Padahal, menurutnya, Transjakarta merupakan transportasi pilihan yang praktis.
"Sudah bagus Transjakarta jadi alternatif transportasi enggak ribet. Satu kartu bisa bersama, one for all lah istilahnya. Kalau jalan sama keluarga dulu satu kartu saja cukup, sekarang mana bisa," kata Anya.
Tak hanya Nabila, Linda, dan Shintya, warga pun banyak mengeluhkan pengalaman serupa di media sosial. Banyak dari mereka mengeluhkan antrean panjang imbas sistem baru tersebut.
Direktur Utama Jaklingko Muhamad Kamaludin menyampaikan permohonan maaf jika perubahan sistem Transjakarta berimbas pada penumpukan penumpang di halte-halte.
Namun, Kamaludin sempat mengatakan bahwa perubahan sistem itu telah disosialisasikan lewat media sosial serta kegiatan workshop.
"Kami mohon maaf apabila ada pengguna yang mengalami masalah di pagi hari, karena kemarin belum tap out, mungkin karena pada perjalanan kemarin belum melakukan tap out, sehingga ketika di pagi hari ini berusaha tap in kemudian kartunya menjadi terblokir," kata Kamaludin saat dihubungi, Selasa (4/10).
(pop/tsa)